Dark/Light Mode

Demokrat dan Gerindra Saling Serang

SBY dan Prabowo Di Ambang Cerai

Sabtu, 11 Mei 2019 08:28 WIB
Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) dan Capres 02 Prabowo Subianto (kanan). (Foto: Istimewa).
Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) dan Capres 02 Prabowo Subianto (kanan). (Foto: Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Usai pilpres, hubungan Demokrat dan Gerindra perlahan-lahan mulai berjarak. Bahkan, kian meruncing. Elite kedua parpol terus saling serang. Apakah gara-gara ulah para anak buahnya, SBY dan Prabowo jadi “cerai”?

Sebelum bergabung dalam koalisi Prabowo-Sandi, kiprah Demokrat memang sudah jadi sorotan. Berkali-kali manuver politik partai berlambang mercy itu bikin geleng-geleng kepala.

Paling diingat adalah sebutan “jenderal kardus” untuk Prabowo yang keluar dari mulut Wasekjen Demokrat Andi Arief.

Meski begitu, Prabowo tetap merangkul Demokrat. SBY dan Prabowo pun akhirnya berada dalam koalisi yang sama. Relasi hubungan SBY dengan Prabowo sebenarnya sudah terjalin lama. Tepatnya dimulai tahun 1970, saat keduanya sama-sama masuk Akabri.

Baca juga : Soal Terima Kekalahan, Mega Ajari Prabowo

Di dunia militer, karir keduanya terbilang moncer. SBY pensiun dengan pangkat jenderal penuh. Adapun Prabowo keluar dari militer saat berpangkat letjen. Pensiun dari tentara, keduanya lalu masuk dunia politik. SBY mendirikan Partai Demokrat pada 2001.

Tujuh tahun berselang, Prabowo hengkang dari Golkar dan mendirikan Partai Gerindra. Meski sama-sama lulusan Lembah Tidar, di dunia politik Prabowo dan SBY tak pernah berada dalam kubu yang sama.

Selama SBY jadi presiden 2 periode, Prabowo dengan sabar menjadi oposisi bersama PDIP. Baru di Pilpres kemarin, keduanya berada dalam satu perahu. Bersatunya dua jenderal ini adalah sejarah baru dalam perpolitikan Tanah Air.

Kini relasi keduanya tengah diuji. Apakah akan terus dalam satu koalisi atau pecah kongsi? Serentetan kejadian bikin relasi keduanya kian renggang. Kejadian-kejadian tersebut dimulai jauh sebelum kampanye. Dan makin meruncing usai pencoblosan.

Baca juga : Meski Berstatus Tersangka, Bowo Sidik Dulang Suara Di Jateng II

Beberapa yang jadi sorotan adalah saat SBY mengritik kampanye Prabowo di Gelora Bung Karno, Jakarta. SBY menyebut kampanye tersebut inklusif dan tak lazim. Usai pencoblosan, perbedaan makin kentara.

Saat Prabowo mendeklarasikan kemenangan, dari Singapura SBY memerintahkan kadernya tak ikut-ikutan. Alasannya, SBY mencium ada tindakan mengarah ke inkontitusional.

Paling menghebohkan adalah pertemuan antara AHY dengan Jokowi di Istana. Gara-gara ini, Prabowo dikabarkan mengurungkan niatnya menemui SBY sekalian menjenguk Ibu Ani di Singapura.

Terbaru, awal pekan kemarin Wasekjen Demokrat Andi Arief menyebut ada “setan gundul” yang memberi info sesat kepada Prabowo. Setan Gundul ini yang memasok kesesatan Prabowo menang 62 persen.

Baca juga : Darmin Cs Pangkas Tarif Penerbangan

Setelah itu, saling serang antara pendukung SBY dan Prabowo kian terbuka. Nyanyian Andi Arief dibalas oleh Kivlan Zein. Senior SBY di TNI itu menyebut SBY sebagai sosok yang licik. Kivlan juga menuding SBY tak serius mendukung Prabowo.

Tak terima dengan sebutan itu, Wasekjen Demokrat Rachland Nashidik balik menyerang Kivlan dengan sebutan Mayjen Kunyuk. Politikus Demokrat Cipta Panca Laksana juga mengumbar borok Prabowo.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.