Dark/Light Mode

Soal Dinginnya SBY-Mega

PDIP: Mitos Itu !

Selasa, 14 Mei 2019 05:07 WIB
Susilo Bambang Yudhoyono (kiri), Megawati Soekarnoputri (kanan) dan Puan Maharani (tengah). (Foto: Istimewa).
Susilo Bambang Yudhoyono (kiri), Megawati Soekarnoputri (kanan) dan Puan Maharani (tengah). (Foto: Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Demokrat diragukan akan merapat ke kubu Jokowi. Salah satu penyebabnya karena terhambat oleh hubungan Megawati dan SBY yang belum mesra.

Namun, PDIP menyebut, saat ini hubungan kedua Ketum partai itu, baik-baik saja. Anggapan “dinginnya” hubungan Mega-SBY hanya mitos. Hal itu dikemukakan politikus senior PDIP, Eva Kusuma Sundari.

Dia menyebut, Mega tidak keberatan jika Demokrat merapat ke Jokowi. Eva memastikan, isu hubungan Mega dengan SBY tak akur alias dingin sekadar mitos.

Baca juga : Soal Calon Tunggal DGS BI, PDIP Berani Protes Keputusan Jokowi

“Itu mitos yang dihembuskan untuk mengganggu konsolidasi,” tegas Eva, kemarin. Eva juga memastikan, meski Jokowi kader PDIP, Mega tidak akan mencampuri kabinet yang disusun Jokowi.

Mega menyerahkan sepenuhnya urusan itu ke Jokowi. “Untuk kepentingan negara, Bu Mega pasti mendukungnya,” tegas Eva. Mega, lanjut Eva, akan fokus dalam tugasnya sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

“Nggak urus partai orang lain atau orang per orang non banteng. Beliau bukan tipe mempersonalisasi urusan publik,” tegasnya. “Beliau contoh, jangan baperan jika ingin memajukan NKRI,” tambah Eva.

Baca juga : Ayo Dinginkan Suhu Politik

Sekretaris Fraksi PDIP, Bambang Wuryanto juga menyebut hubungan Mega dan SBY baik-baik saja. Tidak ada dendam. “Buktinya, Mbak Puan membesuk Ibu Ani di Singapura,” tutur Bambang.

Sama seperti Eva, dia memastikan, urusan merapatnya Demokrat ke 01 merupakan urusan Jokowi. Ketua DPP PDIP, Hendrawan Supratikno juga membantah kabar dinginnya hubungan Mega-SBY.

“Jelas tidak benar,” tegasnya saat dihubungi, semalam. “Sejauh yang kami tahu, tetap baik, meski ada perbedaan-perbedaan dalam melihat persoalan-persoalan politik dan kebangsaan,” imbuhnya.

Baca juga : Real Count KPU Tembus 79,93 Persen: Jokowi Tinggalkan Prabowo 12,62 Persen

Namun, dia melanjutkan, secara ideologis, Mega dan SBY memiliki pandangan yang tidak berbeda. Soal koalisi, Hendrawan mengingatkan, yang dibutuhkan komitmen dan saling percaya. Jangan terlalu berhitung untung rugi jangka pendek.

“Koalisi harus didasarkan atas kesadaran kolektif terhadap tantangan masa depan bangsa,” himbaunya. Dia menambahkan, dalam sistem presidential, koalisi yang kuat akan membuat sistem yang lebih efektif. “Politik gotong royong lebih mampu melahirkan sinergi untuk kemajuan bangsa,” tukasnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.