Dark/Light Mode

Polarisasi Akan Menguat?

Kamis, 30 Juni 2022 06:39 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

 Sebelumnya 
Perpecahan antara lain dipicu oleh ideologi, pilihan politik saat pemilu, persoalan pribadi, misalnya diteror atau didoxing oleh kubu lawan.

Yang tak kalah pentingnya, adalah provokator serta kelompok yang memanfaatkan kondisi ini untuk kepentingan pribadi atau kelompok.

Baca juga : Membangun Warisan Politik Keluarga

Polarisasi bukan hanya di Indonesia. Di Amerika Serikat, juga cukup tajam. Terutama di era Presiden Donald Trump. Akarnya, jauh sebelum itu, lewat Partai Demokrat dan Republik. Di Kongres dan Senat.

Tapi, berdasarkan penelitian PEW Research Center, sekarang sekat polarisasi itu sudah menipis. Di Kongres ke-92 tahun 1971-72 dan Kongres saat ini, kedua partai ini telah bergeser jauh dari pusat atau “karakter asli” mereka. Menjadi semakin abu-abu. Tumpang tindih. Demokrat menjadi agak Republik, Republik menjadi agak Demokrat.

Baca juga : Mengobati "Candu Politik"

Tentu membandingkan kondisi ini dengan polarisasi di Indonesia, kurang pas. Tapi, paling tidak, selalu ada harapan untuk menghilangkan polarisasi ini. Walau butuh waktu, kemauan serta upaya semua pihak.

Kalau tidak, pada Pemilu 2024, polarisasi akan terus memanas dan mengkhawatirkan. Karena, sekarang saja, ketika seorang tokoh bangsa berpulang, bukan hanya diiringi ucapan “Innalillahi…” tapi juga ada sekelompok kecil yang mengucap “Alhamdulillah”.

Baca juga : Tangis-Tawa Di 2 Panggung

Ini sungguh di luar akal sehat. Kalau sudah begini, mau dibawa kemana dan akan jadi apa bangsa ini ke depan. Sungguh mengerikan. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.