Dark/Light Mode

Nonton Debat

Kamis, 21 Februari 2019 06:18 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Nonton debat capres di tivi tidak sama dengan nonton sepak bola atau tinju. Nonton bola atau tinju, kalau tak terdengar teriakan penonton, tidak seru. Sepi. Hambar.

Ini bedanya dengan menonton debat capres atau cawapres. Para capres butuh konsentrasi. Perlu fokus. Teriakan penonton justru mengganggu konsentrasi. Ini merugikan para penonton di rumah yang menginginkan gagasan dan solusi dari para kandidat, keluar semua.

Baca juga : Caleg & Korupsi

Kericuhan antar pendukung seperti debat kedua, Minggu (17/2) lalu, juga sangat mengganggu. Akibatnya, suasana jadi tegang, para capres tidak nyaman.

Siaran langsung televisi pun harus “buru-buru” menertibkan penonton nyaring dan luasnya teriakan atau celetukan yang disampaikan penonton di studio, juga perlu ditertibkan. Atribut yang dibawa penonton, juga perlu disortir.

Baca juga : Drama Bola

Karena, bisa mempengaruhi para kandidat, juga penonton di rumah. Untuk debat selanjutnya, sebaiknya penonton sangat dibatasi. Maksimal 30 dari masing-masing kandidat, sudah ideal.

Penonton tak boleh teriak atau mengeluarkan celetukan keras yang bisa mengganggu bahkan memprovokasi serta mengintimidasi capres/ cawapres serta penonton di rumah.

Baca juga : Rapat Di Hotel

Penonton ingin mendapatkan sesuatu yang murni dan natural dari para capres. Kalau perlu, sebaiknya sesi tanya jawab antar kandidat, diperbanyak. Ini bisa menggali lebih banyak.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.