Dark/Light Mode

`Nasionalisme Vaksin`, Bahaya!

Minggu, 9 Agustus 2020 05:01 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketika vaksin sudah ditemukan, apakah masalah Covid-19 akan berakhir? Belum. Karena, semua negara akan memasuki babak baru: perebutan vaksin. Semua negara berlomba-lomba menjadi yang pertama untuk divaksin. Termasuk Indonesia. “Nasionalisme vaksin” inilah yang dikhawatirkan Badan Kesehatan Dunia, WHO.

Pertarungan memperebutkan vaksin ini akan berlangsung tidak adil. Negara-negara kaya pasti akan menang.  Karena, mereka punya uang. Dengan uangnya, negara-negara kaya bahkan sudah “meng-ijon” atau membayar inden kepada produsen vaksin.

Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Eropa misalnya, sudah mengikat kontrak dengan perusahaan-perusahaan besar seperti Pfizer, BioNtech, AstraZeneca, dan Moderna. Inggris “menginvestasikan” sebanyak 79 juta dolar AS kepada AstraZeneca. Imbalannya, 30 juta dosis pertama dari vaksin yang dikembangkannya bersama Universitas Oxford harus diberikan ke warga Inggris terlebih dahulu. Tidak boleh ke negara lain.

Baca juga : Hati-hati Infodemik!

Amerika juga demikian. Presiden Trump menjanjikan 1,2 miliar dolar AS kepada AstraZeneca. Dengan catatan, perusahaan tersebut harus memberikan 300 juta dosis pertama untuk warga AS. Trump bahkan punya program khusus dalam pertempuran memperebutkan vaksin Covid pertama. Nama programnya: Operation Warp Speed.

WHO mengkhawatirkan kondisi “tidak adil” ini. Tapi, siapa yang bisa menghambat “nasionalisme vaksin”? Karena, semua negara ingin segera keluar dari pandemi. Semua negara berlomba-lomba untuk segera menyehatkan rakyat dan ekonominya.

Bagaimana dengan Indonesia? Apakah sudah siap? Apakah Indonesia sudah punya jaringan kerja sama kuat dengan produsen vaksin? Jangan sampai Indonesia menjadi korban PHP.

Baca juga : Djoktjan, Kucing dan Tikus

Apakah Indonesia sudah siap ketika vaksin pertama datang? Siapa yang akan didahulukan? Rumah sakit mana, daerah mana, kelompok usia mana? Apakah Indonesia sudah punya bank data nasional yang terpusat mengenai Covid, misalnya data pasien dan sebagainya?

Banyak sekali pertanyaan lain yang perlu dijawab. Kalau tidak ada persiapan matang, bakal ambyar. Kita ingat misalnya di awal-awal Corona, semua panik. Tidak tahu harus berbuat apa. Sampai muncul segala jenis obat Corona seperti susu kuda liar, obat ini, obat itu, herbal, jamu, dan sebagainya.

Di awal-awal rapid test atau swab test, Maret lalu misalnya, juga terjadi kehebohan ketika anggota DPR “didahulukan” untuk melakukan rapid test. Saat itu banyak yang protes: kenapa bukan rakyat yang diutamakan. Sempat gaduh.

Baca juga : Awas Pendompleng Dana Covid!

Nanti, jangan sampai terjadi aksi saling sikut lagi. Minta didahulukan. Minta prioritas. Kepala daerah datang ke Jakarta melakukan lobi-lobi seperti melobi tambahan anggaran. Cukuplah dunia internasional yang “gontok-gontokan” dan terpapar “vaccine nationalism”. Bukan Indonesia. Pertanyaannya: apakah kita sudah siap?(*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.