Dark/Light Mode

Invasi Rusia Ke Ukraina Bakal Goyang Ekonomi Dunia

Harga BBM Dan Makanan Terancam Melambung

Minggu, 27 Februari 2022 08:10 WIB
Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta. (Foto: Istimewa).
Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta. (Foto: Istimewa).

 Sebelumnya 
Menurut mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu, konflik kedua negara dikhawatirkan memicu perang dunia ketiga. Yang akhirnya menyebabkan kenaikan harga komoditas dunia.

“Kenaikan harga akan terjadi. Batubara naik, gas naik, minyak mentah naik. Ini 3 komoditas yang dipengaruhi geopolitik,” kata Sri Mulyani saat jumpa pers APBN KiTa, Selasa (22/2)

Menkeu mengatakan, Indonesia sebagai pengimpor minyak akan merasakan imbas langsung dari kondisi tersebut. Kas negara akan terpengaruh sebab sebagian besar minyak yang diimpor untuk BBM masih disubsidi Pemerintah.

“Karena itu, konflik Rusia dan Ukraina ini akan kami pantau terus menerus. Kami juga akan melihat dampaknya kepada kondisi keuangan negara,” jelasnya.

Baca juga : Komisi I Sarankan Pemerintah Perkuat Investasi Pertahanan

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai, dampak yang langsung terasa bagi ekonomi Indonesia akibat perang Rusia dan Ukraina adalah di sektor keuangan.

“Kita lihat sejak Kamis (24/2), rupiah menyentuh Rp 14.500 per dolar AS. Jika ketegangan terus berlanjut, dan makin melibatkan banyak negara, saya prediksi rupiah bisa tembus di atas Rp 15.000,” kata Bhima kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Yang lebih mengkhawatirkan, lanjut dia, adalah kenaikan inflasi akibat harga minyak mentah yang makin tinggi. Saat ini saja, harga minyak mentah sudah tembus 100 dolar AS per barel, sementara anggaran APBN untuk minyak hanya 63 dolar AS per barel.

Makin tingginya harga minyak dunia juga akan berdampak pada naiknya biaya logistik sehingga harga kebutuhan pokok. Sudah dipastikan, beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan meningkat, sementara daya beli masyarakat semakin rendah. Ditambah lagi, subsidi energi juga akan membengkak cukup signifikan.

Baca juga : CIPS: Pemerintah Kudu Gercep Antisipasi Lonjakan Harga Pupuk Dan Gandum Dalam Negeri

“Pemerintah harus segera melakukan perubahan APBN untuk menyesuaikan kembali beberapa indikator tersebut. Apalagi inflasi dapat terjadi di luar perkiraan,” tegas Bhima.

Namun begitu, lanjut dia, ada peluang yang bisa dimanfaatkan Pemerintah dari konflik Rusia dan Ukraina ini. Indonesia bisa melakukan intervensi dengan mengajak negara yang sedang konflik untuk duduk bersama di forum G20 membahas resolusi konflik.

“Indonesia bisa jadi penengah karena tidak memiliki kepentingan langsung terhadap konflik. Kalau itu bisa dilakukan, Presidensi G20 Indonesia akan dianggap sukses besar,” harap Bhima.

Selain itu, dalam jangka pendek Pemerintah juga dapat menarik investasi dari negara konflik ke Indonesia.

Baca juga : Pertamina Pastikan Pasokan BBM Dan LPG Aman

“Contohnya seperti relokasi pabrik besi, baja, elektronik, dan otomotif yang ada di negara konflik. Pemerintah dapat menyiapkan insentif khusus untuk mengambil alihnya,” tegas Bhima. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.