Dark/Light Mode

Status BUMN Bakal Jadi Sentimen Positif Bagi Saham BSI

Senin, 14 Maret 2022 14:58 WIB
Foto: istimewa
Foto: istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Tahun ini, bank hasil merger anak usaha syariah bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI ditargetkan berubah status menjadi BUMN.

Rencana perubahan status tersebut diperkirakan bakal menjadi satu sentimen positif bagi saham BSI yang berticker BRIS tersebut.

Seperti pada kemarin, saham BRIS mengalami kenaikan sejak awal pembukaan. Saham BRIS diketahui naik 10 poin atau sekitar 0,60 persen ke level Rp 1.680 per lembar saham. Di mana BRIS dibuka pada angka Rp 1.670, dengan nilai tertinggi hingga Rp 1.695 dan level terendah di angka Rp 1.670 per lembar saham.

Mengacu data Indo Premier Sekuritas, sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) saham BRIS telah diperjualbelikan investor dengan nilai Rp 1,74 triliun. Saat ini lalu lintas transaksi saham BRIS terbilang baik.

Baca juga : DPR: Masih Dalam Batas Normal

"BRIS pun cukup laku di kalangan investor asing, meski rasionya tidak besar. Rekapitulasi net buy asing sebesar Rp 81,81 miliar ytd per penutupan Rabu (9/3) pekan lalu," ucap Pendiri Syariah Saham Asep Muhammad Saepul Islam di Jakarta, Senin (14/3).

Ia mengatakan, dengan status sebagai bank BUMN akan memberikan keuntungan kepada BSI. Investor dalam hal ini akan melihat fleksibilitas BSI untuk mempertebal permodalan.

“Apalagi kalau BSI kemudian dapat membuktikan dapat mengelola modal dengan sangat baik untuk meningkatkan profitabilitas,” ujar Asep.

Ia menjelaskan, jika menarik data dari awal tahun saat ini saham BRIS dalam tren naik. Akan tetapi harganya masih diuji pada level Rp 1.805 per saham. Dari sisi grafik, harga rata-rata setahun BRIS adalah Rp 1.895 per saham. BRIS kata dia, harus mencapai level Rp 1.900 terlebih dahulu untuk naik lebih jauh. “Kalau itu tembus, boleh jadi itu akan terus naik,” proyeksi Asep.

Baca juga : Korpri BPIP Jadi Benteng Pertahanan ASN

Sementara itu, pengamat pasar modal dari Asosiasi Analis Efek Indonesia Reza Priyambada mengatakan, BRIS hanya perlu menunggu apresiasi pasar. Terlebih, semenjak resmi berdiri pada 1 Februari 2021 BSI mampu menunjukkan kinerja impresif dan melakukan integrasi dengan baik.

“BSI pernah sentuh level Rp 2.000-an. Artinya harga saat ini masih lebih rendah,” sebutnya.

Investor, menurut Reza, masih menunggu kinerja BRIS pada tahun ini. Apabila bank dapat kembali membukukan pertumbuhan cemerlang, sentimen positif terhadap bank akan semakin kuat.

Hal senada disampaikan oleh President Director of Certified Securities Analyst (CSA) Institute Aria Santoso. Menurutnya kinerja positif BSI akan mendorong harga saham perseroan ke level Rp 2.000-an.

Baca juga : Sentuh All Time High, Asing Borong Saham BRI

Di luar dari kinerja perseroan, Aria menilai BSI memiliki prospek bisnis yang terbuka lebar. Mengingat fakta bahwa Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, sehingga menjadi captive market yang sangat menjanjikan bagi pertumbuhan perseroan.

“Juga rencana pemerintah memperkuat industri keuangan syariah hingga industri halal nasional akan berpengaruh sebagai peluang meningkatnya aktivitas bisnis dan pertumbuhan nasabah,” tutupnya.

Adapun secara fundamental kinerja BSI sangat baik. Pada tahun lalu, bank syariah terbesar di Tanah Air itu membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 38,42 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 3,03 triliun. Kinerja impresif BSI juga tercermin dari rasio-rasio penting bank.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.