Dark/Light Mode

Devisa Penggunaan Biodiesel Capai 35 Persen

Rabu, 2 Agustus 2023 11:49 WIB
Dialog Industri: Kejar Devisa Lewat Program B35 di Golden Ballroom Hotel Sultan, Senin (31/7). Foto: Istimewa
Dialog Industri: Kejar Devisa Lewat Program B35 di Golden Ballroom Hotel Sultan, Senin (31/7). Foto: Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Program pemakaian bahan bakar minyak (BBM) Biodiesel 35 persen (B35) secara nasional dimulai, Selasa, (1/8). Program mandatori B35 ini sebelumnya telah dilakukan pada 1 Februari 2023.

"Sejak 1 Februari, beberapa sudah B35. Tapi, masih ada beberapa terminal BU (badan usaha) yang masih menyediakan B30. Saat ini, seluruhnya sudah B35," ujar Kepala Divisi Unit Penyaluran Badan Pengelola Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Fajar Wahyudi, dalam Dialog Industri: Kejar Devisa Lewat Program B35 di Golden Ballroom Hotel Sultan, Senin (31/7).

Fajar menjelaskan, B35 merupakan bahan bakar dengan presentase pencampuran bahan bakar nabati (BBN) ke dalam BBM sebesar 35 persen. Pemerintah, memberikan subsidi untuk penggunaan B35 ini.

Menurut Fajar, penggunaan dana yang dikumpulkan BPDPKS untuk kepentingan biodiesel ditujukan untuk menutup selisih kurang antara harga pasar atau HIP BBM jenis solar dengan HIP nabati biodiesel. Hal ini sebagaimana amanat dalam Perpres Nomor 66 Tahun 2018.

Di Tahun 2022, kata Fajar, pihaknya telah membayar dana untuk menutup selisih kurang HIP tersebut kepada 23 BU pengembangan nabati. Nominalnya, mencapai Rp 34,5 triliun. Adapun volume biodiesel yang dibayar, yakni hampir 7 juta kiloliter dari penyaluran di tahun tersebut yang mencapai 10,36 juta kiloliter.

Baca juga : Duh, Singo Edan Masih Belum Dapat 3 Poin

Diketahui, selama kurun waktu tujuh tahun terakhir, tingkat pencampuran biodiesel terus ditingkatkan dari 15 persen (B15) pada 2015, 20 persen (B20) pada 2016, dan 30 persen (B30) pada tahun 2020.

Sebagai wujud nyata komitmen Pemerintah dalam mempercepat transisi energi inklusif dan berkelanjutan, pada 1 Februari 2023 tingkat campuran mandatori biodiesel akan kembali dinaikkan menjadi 35 persen (B35).

Plt Deputi Bidang Koordinassi Pengembangan Usaha BUMN, Riset dan Inovasi Kemenko Perekonomian, Elen Setiadi mengatakan, sejak Tahun 2008, pemerintah telah melaksanakan program mandatori biodiesel untuk mengurangi ketergantungan impor solar yang dimulai dengan B2,5.

"Saat ini sedang berjalan program mandatori B35 per 1 Februari 2023," kata Elen.

Elen menjelaskan, realisasi distribusi B35 sampai 30 Juni 2023, volume Biodiesel yang tersalurkan sebesar 5,44 juta KL atau 41,86 perse dari target 2023 sebesar 12,99 juta KL.

Baca juga : Bangun Jaringan 5G, Telkomsel Nggak Mau Asal Pasang

"Potensi penghematan devisa mencapai 3,59 miliar dolar AS atau Rp 55,23 triliun," ujarnya.

Menurutnya, bahan bakar B35 memiliki manfaat tidak sedikit. Salah satunya membuat harga crude palm oil (CPO) menjadi stabil.

"Dari produksi CPO yang melimpah itu sebagian dikonsumsi untuk energi yang lebih ramah lingkungan. Ketika substitusi bahan bakar ini berhasil, impor turun. Produksinya juga makin berkembang," kata Elen.

Penggunaan B35 pun bisa menghemat devisa hingga kurang lebih 8,4 miliar dolar AS. Hal ini seiring menurunnya porsi impor solar. Potensi penghematan ini, Elen melanjutkan, juga meningkat jauh dari tahun 2018. "Dulu hanya 1,89 dolar AS ketika menerapkan B20," katanya.

Merujuk data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Elen menuturkan impor solar berkurang hingga 7,19 juta kiloliter. Sebab ketika 2012, impor solar mencapai 12,46 juta kiloliter. Sedangkan pada 2022, hanya 5,27 juta kiloliter.

Baca juga : Anies Mulai Godain Susi

"Kemudian penjualan biodiesel meningkat 24,26 juta kiloliter. Tahun 2012 hanya 9,13 juta kiloliter dan 2022 mencapai 33,39 juta kiloliter," kata Elen.

Wakil Ketua Komisi VII DPR, Eddy Soeparno mengatakan, DPR mendukung berbagai upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Namun, pemberian subsidi diharapkan lebih tepat sasaran.

"Jadi kalau ada peningkatan B30 menjadi B35 dan seterusnya tentu dalam rangka meningkatkan bauran energi lebih bersih lebih hijau. Tentu hal yang kita dukung dengan catatan ada perbaikan juga dalam mekanisme pemberian subsidi agar lebih tepat," ujarnya.

Pengamat Otomotif, Bebin Djuana mengatakan, industri otomotif yang sudah ada di Indonesia harus siap memodifikasi kendaraan dan mesinnya untuk bisa menggunakan B35.

"Ini yang harus dipersiapkan, karena di pompa solarnya yang disediakan B35, nah karena adanya ini, kalian industri otomotif, harus siap," kata Bebin.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.