Dark/Light Mode

Muncul Fenomena Pinjaman Dana Kuliah

Student Loan Bisa Jadi Alternatif Kerek Kredit

Kamis, 29 Februari 2024 07:05 WIB
Ilustrasi. gstudioimagen1 (freepik)
Ilustrasi. gstudioimagen1 (freepik)

RM.id  Rakyat Merdeka - Maraknya tawaran layanan keuangan untuk biaya pendidikan dinilai sebagai hal positif. Selain membantu mahasiswa menuntaskan perkuliahan, juga mendorong perbankan meningkatkan kredit.

Produk pinjaman pelajar (student loan) sebenarnya bukan barang baru dalam industri keuangan. Bahkan di luar negeri, produk sejenis ini sudah banyak disediakan oleh lembaga keuangan.

Menurut Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah, student loan sudah digencarkan sejak lama. Dan saat ini, karena ada kebutuhan, produk tersebut muncul kembali. Dia menilai, student loan dapat mendukung generasi muda agar memiliki akses untuk melanjutkan pendidikan, khususnya ke Perguruan Tinggi (PT).

“Dengan meraih pendidikan yang baik, diharapkan dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Tanah Air,” kata Piter kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Baca juga : Ikappi: Harga Beras Naik, Tertinggi Dalam Sejarah!

Piter melihat, kemampuan perbankan di dalam negeri sudah mumpuni untuk menyediakan student loan. Hal ini terlihat dari rasio kecukupan modal bank dan laba yang cukup tinggi dari tahun ke tahun. Terutama pada bank besar yang mayoritas milik negara.

Lebih lanjut Piter menilai, student loan bisa menjadi alternatif untuk mendongkrak penyaluran kredit secara keseluruhan dan mendatangkan keuntungan bagi bank. Namun, saat ini porsi student loan masih terlalu kecil jika dibandingkan kredit ke dunia usaha, khususnya kredit korporasi.

Karena itu, penyaluran student loan tetap perlu dilakukan oleh bank, karena terdapat permintaan (demand) dari masyarakat terhadap jenis kredit ini. Hanya saja, selayaknya bisnis bank, kualitas jenis kredit perlu dimitigasi sejak awal agar tak mengerek rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) di kemudian hari.

Apalagi risiko fasilitas kredit ini cukup tinggi bagi perbankan. Hal ini lantaran banyak pengalaman dari bank-bank di luar negeri yang menyebut, bahwa NPL student loan berisiko tinggi, karena rentan bermasalah saat pengembalian cicilan.

Baca juga : Penonaktifan NIK Ditunda Hingga Pilgub DKI Selesai

“Memang pengalaman yang lalu (di negara lain), kredit pelajar banyak yang macet. Tapi itu bukan alasan untuk meninggalkan program ini,” imbaunya.

Untuk itu dia mengimbau, bank dapat memitigasi risiko NPL dengan mencari jaminan bagi student loan. Jaminan dapat berupa penahanan ijazah bila debitur sudah lulus, namun belum melunasi seluruh cicilan kredit agar tak memberatkan debitur.

Kredit ini harus dirancang cukup longgar dan tidak banyak persyaratan. Namun, menahan ijazah setelah lulus itu sudah cukup, karena memang tidak untuk membatasi, hanya memberi kepercayaan,” ujarnya.

Terpisah, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda melihat, beredarnya opsi pembayaran melalui pinjaman online (pinjol) untuk melunasi biayai pendidikan, memiliki risiko gagal bayar yang tinggi karena harus dibayar saat itu juga. Apalagi, jika tidak ada kesanggupan dari orangtua untuk melakukan pembayaran cicilan.

Baca juga : Athletic Bilbao Vs Atletico Madrid, Los Leones Cuma Butuh Hasil Imbang

Sementara program-program bantuan pendidikan, seperti beasiswa BidikMisi (Bantuan Biaya Pendidikan bagi Mahasiswa Berprestasi dan Kurang Mampu), Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP), dan beasiswa lainnya, mensyaratkan penerimanya harus terdaftar di keluarga miskin.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.