Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Kebijakan EUDR Rugikan Kelapa Sawit Lokal
Amerika Ikuti Langkah Kita Lawan Uni Eropa
Jumat, 26 April 2024 07:01 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Indonesia punya kekuatan tambahan untuk melawan kebijakan European Union Deforestation-Free Regulation (EUDR). Amerika Serikat (AS) ikut melawan penerapan peraturan deforestasi Uni Eropa tersebut.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, EUDR dinilai merugikan komoditas perkebunan dan kehutanan di Indonesia, salah satunya kelapa sawit.
Menurut Airlangga, hal tersebut juga berpotensi mengecilkan berbagai upaya dan komitmen Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan yang menyangkut isu perubahan iklim hingga perlindungan biodiversity, sesuai dengan kesepakatan, perjanjian dan konvensi multilateral.
Merespons kondisi tersebut, Indonesia menjadi negara yang terdepan dalam menyerukan ketidaksetujuan kepada Uni Eropa atas tindakan diskriminasi terhadap kelapa sawit dengan adanya EUDR tersebut.
Selain itu, Airlangga menyampaikan Indonesia bersama Malaysia dan Uni Eropa juga telah sepakat membentuk Gugus Tugas Ad Hoc (Ad Hoc Joint Task Force on EUDR), guna mengatasi berbagai hal terkait pelaksanaan EUDR yang dihadapi Indonesia dan Malaysia.
Gugus tugas tersebut juga dibentuk untuk mengidentifikasi solusi dan penyelesaian terbaik terkait implementasi EUDR.
Baca juga : Pelayanan Di Kelurahan Mesti Meningkat Dong
“Implementasi EUDR jelas akan melukai dan merugikan komoditas perkebunan dan kehutanan yang begitu penting buat kami seperti kakao, kopi, karet, produk kayu dan minyak sawit,” tegas Airlangga dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (25/4/2024).
Menurut Airlangga, sejalan dengan upaya penolakan yang dilakukan Indonesia dan Malaysia, dilansir melalui mypalmoilpolicy.com, kelompok bipartisan baik dari Partai Republik dan Demokrat di AS juga telah menyoroti kebijakan EUDR, yang dianggap tidak adil bagi para petani yang akan memasuki pasar Eropa.
Penolakan EUDR yang diinisiasi Indonesia dan Malaysia diikuti oleh AS bipartisan.
“Penolakan EUDR terus mendapatkan dukungan dari like-minded countries. Beberapa waktu lalu baik Republik maupun Demokrat juga mempertanyakan EUDR. Jadi, like-minded countries terinspirasi apa yang dilakukan Indonesia dan Malaysia,” ungkap Airlangga.
Airlangga menyampaikan, penundaan implementasi atau perubahan regulasi EUDR juga dinilai menjadi salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk saat ini.
Lebih lanjut, pernyataan keberatan terhadap kebijakan EUDR juga sejalan dengan pandangan Menteri Pertanian Uni Eropa.
Baca juga : Real Sociedad Vs Real Madrid, Duel Panas Di Stadion Anoeta
Sebelumnya, sebanyak 20 dari 27 menteri juga menyerukan untuk dilakukan penundaan EUDR pada Pertemuan Dewan Agriculture Fisheries Council Configuration (AGRIFISH).
Selain itu, kebijakan EUDR yang mendapat sorotan dari New York Times dan Financial Times tersebut juga dinilai akan memberikan dampak berupa potensi masalah pada rantai pasokan yang berkelanjutan, harga dan pilihan konsumen, hingga dampak bagi petani dan negara pengekspor.
Dengan adanya potensi dampak tersebut, sejumlah produsen pangan dan komoditas mengharapkan adanya pendekatan yang lebih terukur.
Lebih lanjut, Airlangga menyampaikan, asosiasi pertanian yang terkemuka di Uni Eropa, Copa Cogeca, juga telah menyampaikan saran penundaan implementasi kebijakan EUDR tidak memungkinkan dilaksanakan. Sebab, waktu penyiapan kerangka kerja yang lebih memadai tidak dapat diselesaikan hingga batas waktu implementasi kebijakan EUDR tersebut.
Selain sorotan dan kritik yang disampaikan AS dan asosiasi pertanian di Eropa terhadap kebijakan EUDR tersebut, gelombang kekhawatiran juga diutarakan oleh berbagai negara seperti India dan Brazil. Serta sejumlah negara lain yang menyampaikan perhatian serius mengenai tuntutan dari implementasi kebijakan EUDR tersebut.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Malaysia Mohamad bin Hasan bakal bekerja sama dengan Indonesia untuk memperjuangkan pasar komoditas sawit di Eropa.
Baca juga : Gaji Erik Ten Hag Bakal Disunat
Selama ini komoditas sawit dari kedua negara seperti dikucilkan di Eropa karena ada Undang-undang Deforestasi.
Menurut Mohamad, Uni Eropa berupaya mengekang masuknya produk sawit ke benua biru. Padahal, sawit menjadi andalan ekonomi bagi Indonesia dan Malaysia, khususnya dalam penyediaan pekerjaan bagi masyarakat di kedua negara.
Mohamad bilang, isu soal penolakan UU Deforestasi yang menjegal produk sawit bakal terus disuarakan negaranya bersama Indonesia.
“Malaysia dan Indonesia mesti bersama-sama bersuara untuk kepentingan ekonomi kedua negara,” ungkap Mohamad.
Dia juga menilai, UU Deforestasi yang dibuat Uni Eropa bukan regulasi yang mapan dan beritikad baik. DIR
Artikel ini tayang di Harian Rakyat Merdeka Cetak, Halaman 10, edisi Jumat, 26 April 2024 dengan judul "Kebijakan EUDR Rugikan Kelapa Sawit Lokal Amerika Ikuti Langkah Kita Lawan Uni Eropa"
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya