Dark/Light Mode

Petani Tolak Impor Garam

Penyerapan Garam Lokal Mulai Susut

Senin, 22 Maret 2021 05:30 WIB
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi. (Foto : Tangkapan layar youtube Kementerian Perdagangan).
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi. (Foto : Tangkapan layar youtube Kementerian Perdagangan).

RM.id  Rakyat Merdeka - Petani memprotes rencana pemerintah impor garam untuk memenuhi kebutuhan industri. Sebab, stok komoditas itu masih berlimpah di dalam negeri.

Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengatakan, pemerintah mem­buka keran impor garam se­banyak 3 juta ton pada tahun ini sebab kuantitas dan kualitas garam lokal untuk kebutuhan industri, tidak mencukupi.

Garam impor itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri. Kualitas garam lokal belum sesuai dengan yang dibu­tuhkan industri,” ujar Lutfi dalam konferensi pers virtual, Jumat (19/3).

Baca juga : Lutfi Tampil Ksatria

Oleh sebab itu, lanjut Lutfi, saat ini yang menjadi pekerjaan rumah bersama adalah bagaima­na untuk meningkatkan kuan­titas dan kualitas garam dalam negeri, sehingga bisa memenuhi kebutuhan industri.

Penolakan terhadap kebijakan impor garam disampaikan petani garam di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Para petani kha­watir kebijakan itu akan merugi­kan mereka.

Ketua Koperasi Garam Rem­bang, Dias Eko Erry Akhmadi, menyebut, saat ini, stok garam rakyat di gudang garam Rem­bang masih menumpuk. Karena, pada tahun 2020, tidak ada penyerapan garam oleh peru­sahaan pengimpor di wilayah Rembang dan Pati.

Baca juga : Temui Mendagri, Apkasi Laporkan Persiapan Munas V

“Tentu saja kami menolak ren­cana pemerintah terkait impor 3 juta ton garam tahun 2021 ini,” ungkap Dias, Jumat (19/3).

Kalaupun terpaksa harus mengimpor, pihaknya meminta pemerintah memilih daftar peru­sahaan yang benar-benar mem­butuhkan garam impor tersebut sehingga kuota impor garam te­pat. Garam tidak sampai rembes ke pasar konsumsi.

Dias mengakui, harga garam saat ini mengalami kenaikan, dari semula Rp 300 menjadi Rp 500 per kilogram (kg). Harga tersebut belum termasuk ongkos angkut.

Baca juga : Mentan Hanya Pasrah

“Akan tetapi, akhir-akhir ini permintaan konsumen garam mulai sepi. Apa mungkin mereka masih menunggu garam impor datang,” ucapnya.

Petani garam asal Desa Mo­jowarno, Kecamatan Kaliori, Wahyu Fariani mengungkap­kan, saat ini petani tambak ga­ram di Rembang merugi karena tingkat perekonomian menurun dan pendapatan petani serta pemasok berkurang.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.