Dark/Light Mode

Mau Damaikan Rusia-Ukraina, Naik Kereta Api 12 Jam

Bismillah...Pak Jokowi Lancar, Aman, Selamat

Rabu, 29 Juni 2022 06:30 WIB
Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana Joko Widodo beserta delegasi tiba di Bandar Udara Internasional Rzeszow-Jasionka, Polandia pada Selasa (28/6) sekitar pukul 11.50 waktu setempat. (Foto: BPMI Setpres)
Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana Joko Widodo beserta delegasi tiba di Bandar Udara Internasional Rzeszow-Jasionka, Polandia pada Selasa (28/6) sekitar pukul 11.50 waktu setempat. (Foto: BPMI Setpres)

 Sebelumnya 
Retno juga menyampaikan pihaknya  berkomunikasi dengan Presiden Palang Merah Internasional, UN-OCHA (The United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs), Menteri Luar Negeri Turki, hingga Sekjen PBB. 

"Tentunya komunikasi juga terus kita lakukan dengan Ukraina dan Rusia sendiri," imbuh Retno.

Sebelum berangkat untuk memulai lawatan ke luar negeri, Jokowi menyampaikan misinya ke Ukraina dan Rusia adalah membangun dialog, menghentikan perang, dan membangun perdamaian.

Baca juga : Damaikan Rusia-Ukraina, Jokowi Harus Blak-blakan

Di Ukraina, Jokowi akan bertemu dengan Zelensky. Pertemuan dengan Zelensky, guna mendorong terbangunnya perdamaian antara Ukraina dan Rusia sebab harus menghentikan perang, dan rantai pasok komoditas pangan harus aktif kembali. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu akan membawa misi serupa dalam pertemuannya dengan Putin. 

Apakah misi Jokowi mendamaikan Rusia-Ukraina akan berhasil? Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI), Hikmahanto Juwana menyampaikan, keberhasilan misi yang diemban Jokowi ini sangat besar. Kata dia, ada lima alasan yang mendukung keberhasilan misi ini. Pertama, Rusia dan Ukraina telah lelah berperang. Rusia yang menargetkan operasi militer khusus berlangsung cepat ternyata belum berakhir hingga sekarang. 

"Sementara Ukraina telah banyak menderita akibat serangan ini yang memunculkan tragedi kemanusiaan," kata Hikmahanto, kepada Rakyat Merdeka, kemarin. 

Baca juga : Mau Damaikan Rusia-Ukraina, Jokowi: Ini Untuk Cegah Dunia Kelaparan

Kedua, legitimasi dari kedua pemimpin di masyarakat masing-masing semakin tergerus. Ketiga, saat ini Rusia dan Ukraina sedang mencari jalan untuk mengakhiri perang. Namun secara bermartabat. Mereka tidak ingin kehilangan muka. Bila Rusia menghentikan serangan secara sepihak, ini akan berakibat pada hilangnya muka Presiden Putin dan Rusia.

"Demikian pula bila Presiden Zalensky menyerah, maka Zalensky akan kehilangan muka di mata masyarakatnya," ungkap Rektor Universitas Jenderal Ahmad Yani ini. 

Keempat, lanjut dia, hingga saat ini tidak ada negara yang berinisiatif untuk mengupayakan gencatan senjata. Turki dan Israel pernah mengupayakan perdamaian, tapi gagal. 

Baca juga : Jokowi Menuai Pujian

Terakhir, gencatan senjata bila terjadi harus dimulai dari Rusia. Dan menurut dia, ada peluang Rusia ingin menghentikan ini. Indikasinya, Rusia bersedia menerima kunjungan Jokowi meski Rusia tahu Indonesia adalah ko-sponsor dari sebuah Resolusi Majelis Umum PBB yang disponsori oleh Amerika Serikat yang mengutuk serangan Rusia sebagai suatu agresi.

"Bila Rusia tidak memiliki keinginan untuk menghentikan perang, tentu Rusia akan menolak kehadiran Presiden Jokowi yang menganggap Indonesia telah berpihak pada AS dan sekutunya," pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.