Dark/Light Mode

Kali Ini, Ujian Pak Jokowi Sangat Berat

Sabtu, 28 Maret 2020 05:17 WIB
Presiden Jokowi sedang bersedih saat kehilangan ibundanya. (Foto: ist)
Presiden Jokowi sedang bersedih saat kehilangan ibundanya. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ujian yang dilalui Presiden Jokowi di periode kedua pemerintahannya ini sangat berat. Selain berjibaku melawan pandemi virus corona yang dampaknya meluas ke urusan ekonomi, Jokowi harus merelakan kehilangan ibunda tercintanya, Sudjiatmi Notomihardjo. Bisakah Jokowi melewati semua ujian yang datangnya bersamaan ini? Insyaallah Jokowi akan lulus.

Jokowi berhasil melewati periode pertama dengan lancar. Sebenarnya ada banyak masalah pelik yang dihadapi Jokowi di periode pertama. Baik di bidang politik, hukum, ekonomi maupun sosial. Namun semua masalah itu relatif bisa ditangani dengan baik.

Memang suhu politik sempat memanas jelang Pilpres 2019. Namun, setelah itu situasi bisa reda. Bahkan suhu politik menjadi dingin setelah Jokowi merangkul Prabowo Subianto, lawannya di Pilpres 2019, ke pemerintahan.

Berbagai ujian di bidang ekonomi pun secara umum bisa dilewati dengan lancar. Ujian terbesar Jokowi adalah saat akan mencabut subsidi BBM di awal periode pertamanya. Ujian yang relatif berat ini nyatanya bisa dieksekusi tanpa menimbulkan riak sedikitpun. Kunci sukses itu antara lain karena mendapat dukungan politik dan sosial yang tinggi. 

Baca juga : Innalillahi, Ibunda Jokowi Meninggal Dunia

Otomatis setelah itu hampir tak ada lagi gejolak. Bahkan saat berbagai indikator ekonomi mulai tidak baik, tak ada gejolak berarti. Modal politik dan sosial terhadap Jokowi masih sangat kuat. Publik yakin visi Nawacita bisa diwujudkan di periode kedua. 

Namun, memasuki periode kedua ceritanya ternyata berbeda. Awalnya, diprediksi ujian paling berat Jokowi adalah menggolkan RUU Omnibus Law. Namun baru akan melangkah, keburu datang pandemi virus corona. Wabah ini menghantam berbagai sudut  ekonomi. Nilai tukar rupiah rontok, bursa saham jeblok, dan pelaku usaha di sektor riil berteriak. Dalam skenario terburuk, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut ekonomi bisa tumbuh 0 persen. 

Wabah ini juga menggerus kepercayaan rakyat kepada pemerintah. Tiap hari orang yang terkena virus corona terus bertambah. Sampai kemarin, sudah mencapai seribu orang lebih. Dalam skenario terburuk, diprediksi akan ada 8.000 orang yang terkena virus ini. 

Jokowi sudah mengeluarkan berbagai kebijakan. Setidaknya ada 9 strategi menghadapi pandemi ini. Misalnya, memberikan bantuan untuk mempertahankan daya beli masyarakat. Relaksasi kredit sampai memangkas rencana belanja yang tidak prioritas di APBN maupun APBD. Namun berbagai kebijakan itu masih dalam tahap eksekusi. Belum sampai ke bawah. 

Baca juga : Cegah Corona, Kebijakan Jokowi Sangat Jelas dan Terukur

Cobaan belum selesai. Di saat sedang berjuang melawan corona, Jokowi harus kehilangan ibunda karena sakit. Meski begitu, dia tetap fokus kerja. Bahkan, sesudah menguburkan ibunya, jokowi langsung terbang Bogor untuk ikut rapat KTT G20.

Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio menyebut, ujian Jokowi di periode kedua ini memang luar biasa. Ada pandemi sekaligus harus menghadapi kondisi ekonomi yang tidak terlalu baik. Ujian ini diperparah lantaran para pendamping di sekeliling Jokowi, terlihat kurang siap. 

Di periode pertama, Jokowi punya Jusuf Kalla atau JK yang punya pengalaman di urusan wabah dan urusan ekonomi. JK pernah menghadapi krisis ekonomi 1998 dan 2008. JK pernah menghadapi wabah SARS dan flu burung. Jadi tahu apa yang harus dihadapi. Sementara pembantu Jokowi terutama menteri kesehatan kurang sigap. 

"Saat ini Jokowi tidak punya pendamping sekaliber JK. Tidak punya pengalaman menghadapi situasi berat. Jadi ujian yang dihadapi Jokowi semakin berlipat," kata Hendri, saat dikontak, tadi malam. Bagaimana solusinya? "Ganti tim. Reshuffle," sarannya. 

Baca juga : Kalau di Rumah, Mana Bisa Dapat Duit

Kedua, adalah transparan dan lebih mendengarkan. Pemerintah mulailah mendengarkan saran dari berbagai banyak tokoh. Baik di persoalan ekonomi ataupun kesehatan. Jangan menyerahkan urusan ini kepada pengusaha atau politisi. 

Ekonom senior Indef, Faisal Basri menilai dampak pandemi virus corona memukul sendi-sendi ekonomi kita. Tak mudah untuk bangkit. Bahkan optimisme yang disampaikan Bank Indonesia ekonomi masih bisa tumbuh 4 persen dianggap  berlebihan. 

Menurut dia, langkah terbaik saat ini adalah menangani wabah dengan baik. Berbagai analisa ekonomi tak akan akurat selama wabah ini belum reda. Semua pihak harus fokus pada penanganan wabah agar persoalan ekonomi nantinya bisa dilakukan recovery dengan cepat pasca wabah ini berakhir.

Politikus PDIP, Hendrawan Supratikno yakin, Jokowi bisa melewati ujian ini dengan baik. Ia berharap Jokowi tidak ragu  membuat kebijakan yang pro rakyat. Menurut dia, Jokowi didukung partai-partai besar yang menguasai parlemen. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.