Dark/Light Mode

Kerahkan PMI Ke Bengkulu

JK Sebut Hutan Gundul & Tambang Penyebab Banjir

Selasa, 30 April 2019 10:18 WIB
Kerahkan PMI Ke Bengkulu JK Sebut Hutan Gundul & 
Tambang Penyebab Banjir

RM.id  Rakyat Merdeka - Banjir di Bengkulu, disebabkan akibat penebangan brutal hutan dan eksploitasi tambang. Banjir kali ini merupakan banjir paling banyak. Banyak daerah terisolir karena sulitnya menjangkau titik-titik daerah itu.

"Bengkulu termasuk daerah bencana juga, kadang-kadang gempa, banjir, tapi ini pertama kali  banjir terbesar," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), yang juga Ketum Umum PMI di Bogor. 

JK sangat menyesalkan perilaku manusia yang merusak lingkungan penebangan hutan dan tambang. Dua aktivitas itu dianggap menjadi penyebab utama bencana banjir dan longsor di Bengkulu. 

Menurut JK, banjir yang melanda wilayah Bengkulu termasuk banjir terbesar yang pertama kali terjadi. 

"Banjir itu akibat hutan yang kurang. Hutan itu kan tempat menyimpan air. Akibat macam-macam juga, upaya kebun atau tambang, makanya lingkungan ini harus dijaga betul," kata JK.

Baca juga : Ma’ruf Sebut Pilpres Bukan Perang Badar

Selain PMI, lanjut JK, pemerintah juga telah mengantisipasi banjir susulan di wilayah tersebut. Setiap lembaga penanganan bencana seperti BNPB hingga Basarnas juga telah disiapkan untuk membantu. 

"Kami sudah ada aturan dan prosedur, semua dan ada badan-badannya, ada Basarnas, ada BNPB, yang sosial ada PMI. Jadi selalu stand by urusan itu," ucap mantan Ketua umum Partai Golkar ini. 

Sementara, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo terjun langsung di Bengkulu, untuk memantau kondisi lokasi bencana. 

Untuk membantu operasional penanganan darurat, Doni mengakui BNPB telah menyerahkan bantuan dana siap pakai sebesar Rp 2,25 miliar. Selanjutnya, dana siap pakai tersebut akan diberikan kepada BPBD kabupaten/kota sesuai tingkat kerusakan akibat bencana.

“Kami juga memerintahkan kepada Deputi Penanganan Darurat BNPB dan Deputi Logistik Peralatan BNPB untuk segera memenuhi kebutuhan darurat yang diperlukan,” kata Doni. 

Baca juga : Jamaah Sebut Imam Masjid Linwood Penyelamat

Doni menjelaskan, kendala yang dihadapi dalam penanganan darurat adalah sulitnya untuk menjangkau ke lokasi titik-titik banjir dan longsor. Pasalnya, seluruh akses ke lokasi kejadian terputus total. Koordinasi dan komunikasi ke kabupaten/kota cukup sulit dilakukan karena aliran listrik banyak yang terputus.

“Pendistribusian logistik terhambat karena akses jalan banyak yang terputus karena banjir dan longsor. Titik lokasi bencana banjir dan longsor sangat banyak sedangkan jarak antar titik banjir dan longsor berjauhan, sehingga menyulitkan untuk mencapai semua lokasi.Terbatasnya dana/anggaran yang memadai sehingga menyulitkan operasional penanganan bencana,” tuturnya.

Doni menyatakan, pihaknya telah memberikan arahan kepada jajaran BPBD dan SKPD di provinsi Bengkulu, terkait penanggulangan bencana banjir dan longsor tersebut. Menurutnya, bencana hidrometeorologi atau bencana karena faktor alam di Indonesia terus meningkat.

“Dampak ekonomi yang ditimbulkan juga cukup besar sehingga mengganggu pertumbuhan pembangunan,” kata Doni.

Selain faktor alam dan intensitas curah hujan yang meningkat, faktor antropogenik atau ulah tangan manusia yang merusak alam dan lingkungan dinilai lebih dominan menyebabkan bencana hidrometeorologi yang meningkat.

Baca juga : KPK Tetapkan 3 Tersangka Baru

Pemicunya, kata dia, bisa saja berasal dari deforestasi, degradasi hutan dan lingkungan, berkurangnya kawasan resapan air, sampai tata ruang yang tidak mengindahkan peta rawan bencana.

“Itu telah menyebabkan makin rentannya daerah-daerah terhadap banjir. Kita harus memulihkan alam. Merawat alam dan lingkungan. Jika alam seimbang maka siklus hidrologi juga akan seimbang. Kita jaga alam, alam jaga kita,” pungkasnya.

BNPB juga mendaftarkan kebutuhan yang mendesak bagi para korban pengungsian akibat banjir dan longsor. Di antaranya, tenda pengungsian, perahu karet, selimut, makanan siap saji, air bersih, family kid, peralatan bayi, lampu emergency, peralatan rumah tangga untuk membersihkan lumpur dan lingkungan, sanitasi, dan jembatan baley.

BNPB juga mengimbau masyarakat untuk tetap meningkatkan kewaspadaan mengingat potensi hujan berintensitas tinggi masih dapat berpotensi terjadi di wilayah Indonesia.

Sebanyak 12.000 orang mengungsi yang tersebar di banyak tempat dan 13.000 orang terdampak bencana. Jumlah ternak yang mati sebanyak 106 ekor sapi, 102 ekor kambing/domba dan 4 ekor kerbau. Sedangkan kerusakan fisik meliputi 184 rumah rusak, 7 fasilitas pendidikan dan 40 titik sarana prasarana infrastruktur. (DIR)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.