Dark/Light Mode

Serial Workshop FPCI: The Korean Wave

Hallyu, Kekuatan Dahsyat Diplomasi Budaya Korsel

Sabtu, 20 November 2021 06:30 WIB
Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in (ketiga kiri) dan anggota boyband K-Pop BTS berpose sambil memamerkan hadiah yang diberikan oleh BTS selama Youth Day di
Presidential Blue House di Seoul, Korea Selatan, 19 September 2020. (Foto: Yonhap via REUTERS).
Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in (ketiga kiri) dan anggota boyband K-Pop BTS berpose sambil memamerkan hadiah yang diberikan oleh BTS selama Youth Day di Presidential Blue House di Seoul, Korea Selatan, 19 September 2020. (Foto: Yonhap via REUTERS).

 Sebelumnya 
Tak heran, lanjut Direktur Hubungan Internasional, Asosiasi Masyarakat dan Budaya Korea ini, BTS disanjung sebagai The Beatles Abad 21, karena pertunjukan terbesar dan terpanasnya di dunia saat ini.

Bahkan Jumat malam, 11 Oktober 2021, BTS buat pertama kalinya mengguncang King Fahd International Stadium, Riyadh, Arab Saudi! Ini menjadikan BTS sebagai artis luar negeri pertama dalam sejarah yang menggelar konser tunggal di sana.

Tak pelak, konser itu dipenuhi tak kurang dari sekitar 70 ribu penonton. Termasuk para perempuan Arab yang mengenakan abaya dan hijab, turut berbondong-bondong datang.

Baca juga : Hari Sumpah Pemuda, Kaum Muda Harus Perkuat Semangat Keindonesiaan

Yang jelas, kata Kim, Korean Wave atau hallyu sebagai kekuatan diplomasi kebudayaan (soft diplomacy) ini membawa dampak positif. Dia mengutip jajak pendapat BBC pada 2016 yang mengungkap, opini publik tentang Korea Selatan telah meningkat setiap tahun sejak data dikumpulkan mulai 2009.

Demikian juga minat studi Korea yang kian lebih besar. Termasuk naiknya minat di kelas bahasa dan budaya Korea di sejumlah kampus. Bahkan, nilai Kim, Hallyu menjadi sumber kebanggaan nasional bagi banyak orang Korea.

“Khususnya K-pop, dapat dikatakan menginspirasi munculnya Kebanggaan Asia (Asian pride),” katanya.

Baca juga : Kemnaker Gelar Workshop Penyusunan Informasi Jabatan Di 15 Sektor

Dengan hallyu, banyak orang Asia akhirnya punya idola bintang pop internasional Asia, karena merasa sama-sama dari Asia. Karena selama ini, bintang-bintang populer internasional umumnya adalah orang-orang Barat, terutama dari Amerika Serikat.

Demikian juga budaya, AS selama ini dikenal menghasilkan produk budaya, sementara kehadiran Asia sering diabaikan, bahkan tidak ada, atau digambarkan bernada stereotip.

“Dengan popularitas K-pop/ K-drama di seluruh dunia, orang Asia akhirnya menjadi sorotan di mata publik dunia. Bahkan muncul istilah It’s cool to be an Asian (Keren menjadi orang Asia)!” ujarnya.

Baca juga : Penting! Dukungan Politik Kudu Back Up Isu Perubahan Iklim

Workshop yang digelar secara daring dan luring dari Bengkel Diplomasi, (Sekretariat FPCI) Jakarta ini, diikuti oleh 10 peserta The Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea ini, yakni Muhammad Rusmadi (Rakyat Merdeka/ RM.id). Kemudian Adhitya Ramadhan (Kompas), Ana Noviani (Bisnis Indonesia), Desca Lidya Natalia (Antara), Dian Septiari (The Jakarta Post), Idealisa Masyrafina (Republika), Laela Zahra (Metro TV), Riva Dessthania (CNN Indonesia), Suci Sekarwati (Tempo) dan Tanti Yulianingsih (Liputan6.com).

Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea merupakan wadah bagi para jurnalis profesional Indonesia untuk mendapatkan wawasan yang lebih mendalam tentang hubungan Indonesia-Korea, yang masih kurang terjamah karena keterbatasan akses informasi. [RUS]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.