Dark/Light Mode

Indonesia Mau Bikin PLTN? Rosatom Siap Bantu

Rabu, 27 Maret 2024 20:26 WIB
Perwakilan Rosatom saat memaparkan kesuksesan PLTN terapung pertama dunia, Akademi Lomonosovi di Pevek, Chukotka di sela ATOMEXPO XIII-2024, Sochi, Krasnodar Krasnodar Krai, Rusia, Selasa (26/3/2024). (Foto: Firsty Hestyarini/Rakyat Merdeka/RM.id)
Perwakilan Rosatom saat memaparkan kesuksesan PLTN terapung pertama dunia, Akademi Lomonosovi di Pevek, Chukotka di sela ATOMEXPO XIII-2024, Sochi, Krasnodar Krasnodar Krai, Rusia, Selasa (26/3/2024). (Foto: Firsty Hestyarini/Rakyat Merdeka/RM.id)

RM.id  Rakyat Merdeka - Badan Energi Nuklir Rusia, Rosatom menyatakan siap membantu upaya transisi energi di Indonesia, melalui pemanfaatan teknologi nuklir.

Seperti diketahui, pemerintah Indonesia menargetkan untuk mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pada tahun 2032, sebagaimana tercantum dalam revisi Rancangan Peraturan Pemerintah Kebijakan Energi Nasional (RPP KEN).

PLTN tak lagi disebut sebagai pilihan terakhir, melainkan menjadi salah satu sumber energi untuk mewujudkan target netralitas karbon atau net zero emissions (NZE).

"Kami percaya, nuklir adalah masa depan. Hanya dengan nuklir, kita bisa menjawab tantangan perubahan iklim, menuju masa depan dunia bebas karbon," kata Perwakilan Rosatom di Indonesia Anna Belokoneva kepada wartawan Indonesia dari media Rakyat Merdeka/RM.id, Kompas, dan ANTARA di sela Forum Nuklir Internasional ATOMEXPO 2024 di Sochi, Krasnodar Krai, Rusia, Selasa (26/3).

Baca juga : Vietnam Vs Indonesia, Garuda Mau Akhiri Kutukan 19 Tahun

Anna menjelaskan, sejauh ini, Rusia intens menjalin kerja sama dengan Indonesia, dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) nuklir. Banyak mahasiswa Indonesia yang menimba ilmu nuklir di Negeri Beruang Merah.

Secara aktif, Rosatom juga terus berbagi ilmu pengetahuan nuklir dengan Indonesia. Meski hingga saat ini, belum ada sinyal kuat kerja sama pengembangan PLTN.

Di sela ATOMEXPO XIII-2024, Rosatom juga memaparkan kesuksesan Akademi Lomonosov, PLTN terapung pertama dunia milik Rusia, di hadapan para delegasi Indonesia. Termasuk, Badan Riset Dan Inovasi Nasional (BRIN).

PLTN terapung yang beroperasi di Pevek, Chukotka itu menghasilkan listrik dan panas, dengan menggunakan dua reaktor yang masing-masing menghasilkan 35 MW.

Rosatom Ke ITB

Baca juga : Lewandowski Makin Betah Di Barcelona

Melansir akun Instagram resmi Kedutaan Besar Rusia di Indonesia, pada 4-8 Maret 2024, para ahli dari Rosatom berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam seminar teknologi modern di bidang konstruksi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) skala kecil di Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional Indonesia (BRIN).

“Hari ini, rekan-rekan dari Indonesia menyampaikan rencana untuk memulai pembangunan fasilitas tenaga nuklir pertama pada tahun 2032. Rosatom siap untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam semua aspek yang kami tawarkan. Kami yakin bahwa teknologi Rosatom, termasuk PLTN skala kecil, dapat menjadi pilihan baik untuk menambahkan pembangkit nuklir ke bauran energi,” tutur Anna.

Cari Mitra 

Kepala Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Topan Setiadipura menegaskan, pihaknya berencana membangun reaktor nuklir demo sesuai tugasnya sebagai lembaga riset.

Namun, BRIN tidak mau gegabah dalam memformulasikan rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). BRIN tidak mau membikin sesuatu yang hanya mainan.

Baca juga : Indonesia Terapkan Kriteria Baru Penetapan Awal Puasa Dan Lebaran

“Kita nggak mau, udah capek-capek bikin, tapi nggak bisa dikomersilkan lembaga lain. Sudah di tahapan demo atau pilot project, tapi nggak bisa dikomersilkan. Kita maunya, reaktor demo nggak perlu di-develop lagi, kalau mau dikomersilkan. Kenapa? Karena development itu, kelihatannya saja sederhana. Tapi, kalau kita lihat China, mereka butuh waktu dua dekade. Lama,” papar Topan usai tampil sebagai pembicara dalam sesi Energy Track Generation IV: Already A Reality, ATOMEXPO XIII di Sochi, Krasnodar Krai, Rusia, Senin (25/3/2024).

Pertimbangan inilah yang membuat BRIN hati-hati dalam menyusun rencana pengembangan reaktor nuklir demonstrasinya, serta mencari mitra untuk joint development.

“Kita ini punya desain yang setengah matang, kita kolaborasikan. Arahan Kepala BRIN, kita harus joint development dengan pihak yang berpengalaman. Kalau di Indonesia, kita punya pengalaman CN, Cassa Nurtanio. Makanya, kita juga aktif menjajaki mitra untuk joint development. Salah satunya, dengan hadir di acara Rosatom ini," ujar Topan.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.