Dark/Light Mode

11 Serangan Udara Saudi Cs Gempur Pemberontak Houthi Yaman

Senin, 14 September 2020 09:12 WIB
Kebakaran terlihat di salah satu lokasi serangan udara pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi, Minggu (13/9/2020) di ibu kota Yaman, Sanaa. [Khaled Abdullah / Reuters]
Kebakaran terlihat di salah satu lokasi serangan udara pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi, Minggu (13/9/2020) di ibu kota Yaman, Sanaa. [Khaled Abdullah / Reuters]

RM.id  Rakyat Merdeka - Koalisi yang dipimpin Arab Saudi menggempur pemberontak Houthi dengan 11 serangan udara. Serangan juga dilancarkan ke di ibu kota Yaman, Sanaa, Minggu (13/9/2020) waktu setempat.

Lima dari serangan itu, kutip kantor berita Qatar Al Jazeera dari kantor berita Saba yang dikelola kelompok Houthi, menghantam sekitar bandara Sanaa, sementara yang lain menargetkan bagian utara dan tengah kota. Tidak diketahui apakah ada korban jiwa.

Sementara menurut jaringan media Saudi, Al Arabiya mengutip sumber keamanan, pasukan koalisi menyerang barak pasukan dan markas-markas militer Houthi di Sanaa, termasuk menghancurkan empat drone Houthi di pangkalan udara al-Delmi di utara Sanaa.

Baca juga : Kembangkan Kendaraan Listrik, Pemerintah Bisa Belajar Dari China

Pihak koalisi juga tidak memberikan keterangan terkait serangan ini. Sebelumnya, Sabtu, (12/9/2020) pasukan koalisi juga melancarkan serangan udara di dua lokasi di Sanaa.

Serangan-serangan ini dilakukan menyusul klaim Houthi, rudal balistik Dzul-Faqqar dan tiga drone Samad-3 mereka mengenai sejumlah target penting di Ibu Kota Arab Saudi, Riyadh, Kamis (10/9/2020) waktu setempat.

Namun Juru Bicara Pasukan Koalisi Arab, Turki al-Maliki, tidak mengkonfirmasi serangan terhadap Ibu Kota Saudi, Riyadh. Pihaknya hanya mengatakan, pasukan koalisi berhasil mencegat dan menghancurkan sejumlah rudal balistik dan drone peledak yang diluncurkan menuju kota perbatasan, Najran, pada Kamis.

Baca juga : Pemerintah Tetap Kalem

Pemboman di kota Sanaa jarang terjadi sejak September 2019, ketika Arab Saudi melancarkan pembicaraan tidak langsung dengan gerakan Houthi yang berpihak pada Iran.

Sejak 2014, Yaman mengalami perang saudara, ketika pasukan pemberontak Houthi Syiah yang didukung Iran merebut sebagian besar wilayah utara negara itu, termasuk ibu kotanya, Sanaa.

Perang saudara ini terjadi antara dua pihak yang masing-masing mengklaim sebagai pemerintah Yaman yang sah. Pihak pertama mendukung pemerintahan Abd Rabbuh Mansur Hadi dan berbasis di Aden, dan pihak yang lain mendukung pemerintah Komite Revolusi yang dibentuk oleh kelompok Houthi, didukung oleh mantan Presiden Ali Abdullah Saleh, yang sejak Januari 2015 menguasai ibu kota Sanaa.

Baca juga : 172 Daerah Belum Rampungkan Aturan Sanksi Pelanggar Protokol Covid-19

Selain itu, kelompok Al-Qaeda di Semenanjung Arabia dan ISIS juga menguasai beberapa wilayah di pedalaman dan sekitar garis pantai Yaman.

Pada 25 Maret 2015, Presiden Hadi melarikan diri dari Yaman, dan koalisi pimpinan Arab Saudi melancarkan serangan militer untuk mendukung kelompok pendukung Hadi yang dikudeta. Saudi terlibat dalam konflik ini bersama sejumlah negara koalisi, yakni Mesir, Maroko, Yordania, Sudan, Uni Emirat Arab (UEA), Kuwait, Qatar dan Bahrain. Beberapa bulan kemudian, Arab Saudi bersama koalisinya berhasil mengusir pemberontak Houthi keluar dari Yaman selatan menuju utara.

Perang ini setidaknya telah menewaskan lebih dari 100.000 orang dan menyebabkan kehancuran yang meluas. Akibatnya, Yaman yang sudah menjadi salah satu negara miskin di dunia Arab terancam kelaparan. PBB bahkan menyebut Yaman mengalami krisis kemanusiaan terburuk di dunia. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.