Dark/Light Mode

Dimaki Di Luar, Disuka Di Dalam

Suu Kyi Menang Besar

Sabtu, 14 November 2020 07:49 WIB
Pendukung Aung San Suu Kyi merayakan kemenangan di pinggir Kota Yangoon. (Foto: AFP)
Pendukung Aung San Suu Kyi merayakan kemenangan di pinggir Kota Yangoon. (Foto: AFP)

 Sebelumnya 
Suu Kyi ditugaskan mengembangkan negara yang menderita hampir 50 tahun di bawah isolasi dan tekanan pemerintahan militer. Bertahun-tahun ikon Demokrasi Myanmar itu menjalani tahanan rumah. Bahkan sekarang, pemerintahannya diharuskan mengatur keterlibatan militer, khususnya di bidang keamanan dan pertahanan dalam pemerintahannya.

Kali ini, pemungutan suara dilihat sebagai referendum Pemerin tahan Suu Kyi, yang sangat populer di dalam negeri. Tetapi reputasinya di luar negeri telah runtuh karena tuduhan genosida terhadap minori tas Muslim rohingya.

Tudingan itu berkali-kali dibantahnya. Saat ini, di Myanmar semua keberhasilan pemerintah disematkan kepada Suu Kyi. Sementara setiap kegagalan diklaim bersumbu pada militer, struktur korup, pegawai negeri yang malas atau diakibatkan musuh asing.

Baca juga : Kabar Duka, Aa Gatot Brajamusti Meninggal Dunia

Hal itu dipicu masa lalu. Kebanyakan warga di Myanmar mengenang era pahit kekuasaan militer dan kendaraan politiknya, USDP.

Pilih Golput

Melihat kinerja Pemerintahan Suu Kyi di periode pertama ternyata banyak membuat pemilih Myanmar enggan memberi kan hak pilih. “Saya memutuskan tidak ikut pemilu. Karena pemerintah tidak mampu meyakinkan saya seba gai pemilih atau warga negara,” tegas Ye Wai Phyo Aung.

Baca juga : Tangani Covid-19, Kemenkes Distribusikan APD Ke Seluruh Indonesia

Padahal pada Pemilu 2015, Ye bangun pukul empat pagi agar bisa segera mencoblos di hari pemilihan.

NLD yang pada 2015 tampil dengan slogan kampanye “Waktunya Bagi Perubahan”, tidak mampu mencatatkan banyak perubahan. Pertumbuhan ekonomi ternyata di bawah ekspektasi dan kebebasan pers dan berpendapat masih dibatasi.

“Pemenang nobel perdama ian dari Myanmar itu berjanji membawa perubahan pada Pemilu 2015. Memodifikasi dari kekuasaan militer, bukan sebuah transformasi mendasar,” ujar Pemerhati Myanmar asal Polandia Michal Lubina. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.