Dark/Light Mode

Menang Pemilu

Pemimpin Partai Syiah Irak Sentil AS

Rabu, 13 Oktober 2021 06:26 WIB
Moqtada al-Sadr, pemimpin Syiah yang menang pemilu Irak. (Foto: AFP/HAIDAR HAMDANI).
Moqtada al-Sadr, pemimpin Syiah yang menang pemilu Irak. (Foto: AFP/HAIDAR HAMDANI).

 Sebelumnya 
Meski demikian, banyak pihak meragukan hasil pemilu ini. Pasal­nya, tingkat partisipasi warga sangat rendah. Berdasarkan data Komisi Pemilu, hanya 41 persen warga yang memberikan suaranya.

Bahkan, angka partisipasi tersebut tercatat yang paling rendah sejak kejatuhan Saddam Hussein pada 2003. Padahal, Pemilu 2018 masih menjaring sekitar 44 persen pemilih.

Warga Irak, Kerar Haider mengakui, banyak warga malas ikut memilih karena tak ada gunanya. “Wajah-wajah lama selalu kem­bali,” tuturnya.

Baca juga : NasDem Prihatin, Kok Parpol Koalisi Pemerintah Berantem

Seorang peneliti dari badan think tank Century Foundation, Sajad Jiyad, mengatakan, rakyat Irak memang sudah apatis dan menganggap pemilu tidak penting. “Bukan hanya legitimasi perdana menteri selanjutnya yang dipertanyakan, tapi juga legitimasi pemerintahannya,” ucap Jiyad.

Pemilihan awalnya dijadwal­kan pada 2022. Tetapi partai politik memutuskan mengada­kan pemilihan awal menyusul protes massal yang meletus pada 2019 terhadap korupsi yang mengakar dan tata kelola yang buruk.

Sebagian besar demonstran menyerukan aksi boikot dan mengajak warga menjauhi tem­pat pemungutan suara. Penyebab­nya, keengganan Pemerintah mengungkap dan mengusut kasus kematian demonstran, dan pembunuhan ekstra yudisial oleh aparat keamanan.

Baca juga : Ini Empat Skill Utama Calon Pemimpin Bangsa Di Era Transformatif

Pemungutan suara tersebut adalah yang kelima di Irak sejak 2003 atau ketika invasi pimpinan Amerika Serikat meng­gulingkan rezim mantan Presi­den Saddam Hussein.

Sejak kejatuhan pemerintahan Sunni yang dipimpin Saddam Hussein, Irak selalu dikuasai kubu Syiah. Namun kini, Syiah di Irak juga terbelah. Di satu sisi, ada kelompok yang men­dukung Iran. Di sisi lain, kubu pro Amerika Serikat.

Sadr, merupakan mantan pemimpin milisi anti Amerika. Ia menentang semua campur tangan asing di Irak, maupun oleh nega­ra tetangga Iran. Dia mengkritik Iran karena keterlibatannya yang dekat dalam politik Irak.

Baca juga : Taliban Belum Aman Dari Ancaman ISIS

Sadr dikabarkan sering berada di Iran. Ia telah menyerukan pe­narikan pasukan AS dari Irak. Washington masih mempertahankan kekuatan sekitar 2.500 dalam perang berkelanjutan mela­wan Negara Islam (ISIS). [MEL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.