Dark/Light Mode

Dilema Subsidi Pupuk

Jumat, 7 Januari 2022 07:38 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

 Sebelumnya 
Mengapa piutang pupuk subsidi selalu terjadi, bahkan semakin besar sehingga semakin membebani biaya subsidi pupuk? Hal ini terjadi karena setiap tahun dalam menentukan anggaran pupuk subsidi, Pemerintah selalu menggunakan patokan realisasi biaya produksi dan distribusi pupuk dari realisasi tahun sebelumnya.

Padahal piutang subsidi pupuk Pemerintah merupakan beban biaya bagi pabrik-pabrik pupuk BUMN, jadi termasuk komponen biaya bagi pabrik pupuk.

Baca juga : Negara Kita Di Penghujung 2021

Akibat beragam permasalahan pupuk bersubsidi, tampaknya Pemerintah perlu mempertimbangkan lagi jumlah alokasi pupuk bersubsidi, dari 9 juta ton mungkin dipangkas jadi 8 atau 7,5 juta ton.

Jika pemerintah tetap bersikeras memegang angka 9 juta ton sebagaimana ketentuan Menteri Pertanian, maka Pemerintah (Kementan) harus siap-siap menghadapi situasi kekurangan pupuk bersubsidi yang dialokasikan kepada petani yang berhak mendapatkannya di akhir 2022.

Baca juga : Dekadensi Moral: Tantangan Serius BPIP

Di sisi lain, kita juga mendesak pabrikan pupuk agar sungguh-sungguh menjalankan efisiensi di semua lini produksi pupuk. Biaya produksi pupuk terdiri atas begitu banyak item; satu per satu harus dipelototi secara seksama dan dipangkas biayanya.

Tunjukkan kepada Pemerintah dan masyarakat petani bahwa Anda pun sungguh sudah banting tulang untuk meningkatkan efisiensi produksi seoptimalnya!! (*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.