Dark/Light Mode
![Prof. Tjipta Lesmana Prof. Tjipta Lesmana](https://rm.id/images/penulis/Tjipta-Lesmana.jpg)
Sebelumnya
Yang juga patut diberikan apresiasi adalah “keterlibatan” Brimob dalam kasus pembunuhan Joshua. Bahkan pada saat yang genting, puluhan personel Brimob dengan bantuan sejumlah kendaraan taktis mereka dikabarkan telah menyerbu Bareskrim di Kawasan Terunojoyo. Brimob rupanya menuntut Bareskrim untuk betul-betul menegakkan keadilan dalam menangani kasus Joshua, gara-gara salah satu aggotanya, Bharada Eliezer dinilai diberlakukan tidak adil. Esok harinya, ada berita yang mengatakan rumah pribadi Sambo digrebek oleh puluhan anggota Brimob. Hasilnya, berbagai dokumen sebanyak satu container telah disita dari rumah tersebut.
Nama Brimob betul-betul harum dari kasus terbunuhnya Joshua. Publik melihat seakan-akan terjadi dualisme dalam tubuh Polri: antara polisi yang pro-Sambo dan korps Brimob yang masih murni. Dari pernyataan Kapolri 3 hari yang lalu terbetik juga satu kejutan yang selama ini tidak diketahui publik, yakni apa yang disebut Satuan Khusus (Satgas) Merah-Putih yang dipimpin oleh Sambo. Kapolri, kecuali menetapkan Sebagai Tersangka I, juga memberhentikan Sambo sebagai Kepala Satgas Merah Putih.
Baca juga : Bergulat Menekan Subsidi Pupuk
Pasca penetapan Sambo sebagai Tersangka I, tugas Kapolri sekarang yang penting adalah mengungkapkan sejelasnya kepada publik: Apa itu Satgas Merah-Putih yang tampaknya very powerful dalam tubuh Polri. Apa saja tugas Satgas? Siapa yang membiayai operasi-operasi Satgas? Bagaimana aliran keuangan dalam Satgas?
Satgas Merah-Putih sepertinya organisasi di dalam Polri, bahkan terkesan lebih berkuasa dari Polri. Satgas ini, kabarnya, dibentuk pada era Jenderal Polisi Tito sebagai Kapolri. Melihat begitu massifnya upaya menutupi dan menciptakan cerita-cerita bohong seputar kematian Brigadir Joshua, tidak heran jika Irjen Pol Sambo memang orang kuat dalam tubuh Polri; bahkan Kapolri sekali pun terkesan “tidak berani” terhadap Sambo. Itulah sebabnya kasus kematian Joshua terkatung-katung sampai 1 bulan dan sampai masih belum beres.
Baca juga : Polri: To Be Or Not To Be
Di tengah kegaduhan hebat seputar kasus kematian Brigadir Joshua, terbetik berita bahwa Luhut Panjaitan mengusulkan kepada Presiden Jokowi supaya TNI aktif boleh duduk di Kementerian. Apa latar belakang munculnya wacana ini? Apa TNI tidak puas, bahkan kesal melihat terkatung-katungnya kasus Joshua? Juga karena tidak berdayanya Menko Polhukam “menekan” Kapolri? Sehingga muncul gagasan kalau saja Menko Polhukam seorang Jenderal TNI aktif, dalam tempo 2-3 minggu kasus kematian Joshua dan kegegeran yang diciptakan Bharada Elizier bisa dibereskan tuntas. Mungkin.
Itulah blessing in disguise yang diciptakan oleh kasus “Polisi tembak Polisi di Rumah Jenderal Polisi”: Polri harus segera melancarkan reformasi yang radikal; Bersihkan Satgas Merah-Putih dan Selesaikan kasus Joshua dan Elizier secara tuntas dan adil; jangan lagi main pat-gulipat.
Baca juga : Polisi Tembak Polisi Di Rumah Jenderal Polisi
Percuma: Siapa pun tidak bisa membohongi publik selamanya; bau busuk pasti tercium juga oleh masyarakat luas! ■
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.