Dark/Light Mode

Sangat Mendesak Reformasi Polri

Jumat, 12 Agustus 2022 07:59 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

 Sebelumnya 
Yang juga patut diberikan apresiasi adalah “keterlibatan” Bri­mob dalam kasus pembu­nuhan Joshua. Bahkan pada saat yang genting, puluhan per­sonel Brimob dengan bantuan sejumlah kendaraan taktis me­reka dikabarkan telah menyer­bu Bareskrim di Kawasan Teru­nojoyo. Brimob rupanya menuntut Bareskrim untuk betul-betul menegakkan keadilan dalam menangani kasus Joshua, gara-gara salah satu aggotanya, Bharada Eliezer dinilai diberla­kukan tidak adil. Esok harinya, ada berita yang mengatakan rumah pribadi Sambo digrebek oleh puluhan anggota Brimob. Hasilnya, berbagai dokumen sebanyak satu container telah disita dari rumah tersebut.

Nama Brimob betul-betul harum dari kasus terbunuhnya Joshua. Publik melihat seakan-akan terjadi dualisme dalam tubuh Polri: antara polisi yang pro-Sambo dan korps Brimob yang masih murni. Dari pernyataan Kapolri 3 hari yang lalu terbetik juga satu kejutan yang selama ini tidak diketahui publik, yakni apa yang disebut Satuan Khusus (Satgas) Me­rah-Putih yang dipimpin oleh Sam­bo. Kapolri, kecuali menetap­kan Sebagai Tersangka I, juga mem­berhentikan Sambo sebagai Kepala Satgas Merah Putih.

Baca juga : Bergulat Menekan Subsidi Pupuk 

Pasca penetapan Sambo seba­gai Tersangka I, tugas Kapolri se­karang yang penting adalah meng­ungkapkan sejelasnya ke­pada publik: Apa itu Satgas Merah-Putih yang tampaknya very powerful dalam tubuh Polri. Apa saja tugas Satgas? Siapa yang membiayai operasi-operasi Satgas? Bagaimana aliran keuangan dalam Satgas?

Satgas Merah-Putih sepertinya organisasi di dalam Polri, bah­kan terkesan lebih berkuasa dari Polri. Satgas ini, kabarnya, dibentuk pada era Jenderal Polisi Tito sebagai Kapolri. Melihat be­gitu massifnya upaya menutupi dan menciptakan cerita-ce­rita bohong seputar kematian Bri­gadir Joshua, tidak heran jika Irjen Pol Sambo memang orang kuat dalam tubuh Polri; bahkan Ka­polri sekali pun terkesan “tidak berani” terhadap Sambo. Itulah sebabnya kasus kematian Joshua terkatung-katung sampai 1 bulan dan sampai masih belum beres.

Baca juga : Polri: To Be Or Not To Be

Di tengah kegaduhan hebat seputar kasus kematian Brigadir Joshua, terbetik berita bahwa Lu­hut Panjaitan mengusulkan ke­pada Presiden Jokowi supaya TNI aktif boleh duduk di Kementerian. Apa latar bela­kang munculnya wacana ini? Apa TNI tidak puas, bahkan ke­sal melihat terkatung-katung­nya kasus Joshua? Juga ka­rena tidak berdayanya Menko Pol­hukam “menekan” Kapolri? Se­hingga muncul gagasan kalau saja Menko Polhukam seorang Jen­deral TNI aktif, dalam tempo 2-3 minggu kasus kematian Joshua dan kegegeran yang dicip­takan Bha­rada Elizier bisa di­bereskan tun­tas. Mungkin.

Itulah blessing in disguise yang diciptakan oleh kasus “Polisi tembak Polisi di Rumah Jenderal Polisi”: Polri harus segera melan­carkan reformasi yang radikal; Bersihkan Satgas Merah-Putih dan Selesaikan kasus Joshua dan Elizier secara tuntas dan adil; jangan lagi main pat-gulipat.

Baca juga : Polisi Tembak Polisi Di Rumah Jenderal Polisi

Percuma: Siapa pun tidak bisa membohongi publik selamanya; bau busuk pasti tercium juga oleh masyarakat luas! ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.