Dark/Light Mode

Renungan Spiritual Bulan Sya’ban (3)

Dari al-Taibin Ke al-Tawwabin (1)

Rabu, 1 Maret 2023 06:44 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

 Sebelumnya 
Selain persyaratan tersebut, Imam al Gazali dalam kitab Ihya’ ‘Ulum al Din menambahkan dengan mengembalikan semua barang orang yang pernah diambil, meminta maaf kepada orang yang pernah difitnah atau dibicarakan aibnya, menghancurkan daging dan lemak yang tumbuh dalam dirinya yang berasal dari sumber yang haram dengan cara al Riyadhah, yakni menjalani latihan jasmani dan rohani dalam menempuh berbagai tahapan menuju kedekatan diri kepada Allah, dan mujahadah.

Yakni perjuangan melawan dorongan nafsu amarahnya, tidak makan, minum, dan memakai pakaian kecuali yang bersumber dari yang halal, dan mensucikan hati dari sifat khianat, tipu daya, sombong, irihati, dengki, panjang anganangan, lupa terhadap kematian, dan yang semacamnya.

Baca juga : Antara Tahmid Dan Syukur

Dengan demikian, taubat lebih berat daripada istigfar. Sedangkan al Tawwabin perinsipnya sama saja dengan al taibin, yaitu melakukan pertobatan dari dosa dan maksiyat pada saat terjadinya dosa, bahkan kadang mengumpulkan dosa lalu sekaligus dilakukan pertobatan secara menyeluruh.

Sedangkan al Tawwabin frekuensinya lebih sering, bahkan tanpa harus menunggu adanya perbuatan dosa atau maksiyat tetap saja selalu bertaubat dan istigfar. Orang-orang yang masuk kategori al Tawwabin selalu merasa ada yang salah di dalam dirinya sehingga selalu bolakbalik betrobat kepada Allah SWT.

Baca juga : Dari Istigfar Ke Taubat

Orang-orang sep erti inilah uang disebutkan di dalam AlQur’an: Innallah yuhib altawwabin wa yuhib almutathahhirin (Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang taubat dan menyukai orangorang yang mensucikan diri). (QS. Al Baqarah/2” 222).

Taubat menurut Imam Al Gazali ada tiga tingkatan. Pertama, taubatnya orang awam, yaitu taubat dari dosa dan maksiyat. Kedua, taubatnya orang khawas, yaitu taubat tidak karena melakukan dosa atau maksiyat melainkan taubat karena alfa melakukan ketaatan yang bersifat sunnat, misalnya meninggal kan shalat dhuha, shalat tahajjud, puasa SeninKamis, dan lain-lain.

Baca juga : Dampak Globalisasi

Ketiga, taubatnya orang Khawash al Khawash, yaitu taubat bukan karena dosa dan maksiyat atau meninggalkan ketaatan sunnat, apalagi wajib, melainkan taubat karena berkurangnya nilai khusyuk dari seluruh rangkaian rutinitas ibadah yang dilakukan.

Bagi golongan ini, alfa sedikitpun tidak mengingat Allah SWT dirasakan seperti melakukan dosa, sehingga ia berusaha untuk menutupi kelemahankelemahan itu dengan taubat dan istigfar. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.