Dark/Light Mode

Menggagas Fikih Siyasah Indonesia

Antara Otoritas Agama Dan Otoritas Politik

Selasa, 13 Juni 2023 05:45 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

 Sebelumnya 
Sandaran mereka juga ma­sing-masing didukung oleh kalangan sahabat Nabi.

Ketika Nabi masih hidup, pemisahan kapasitas Nabi sebagai pemimpin pemerintahan dan sebagai Nabi tidak banyak muncul, karena Nabi masih hidup dan ter­kadang turun wahyu untuk menyelesaikan persoalan yang muncul.

Sebagai contoh, Nabi sering berpolemik dengan Umar dan seringkali ayat turun melerai polemik itu.

Bahkan ada yang agak ironis, sering ada ayat turun bukan memihak kepada pendapat Nabi tetapi mendukung pendapat Umar.

Baca juga : NKRI Sebagai Sebuah Model (3)

Ada sebuah disertasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang membahas ayat-ayat yang memihak kepada Umar ketika ia berpolemik dengan Nabi. Nabi juga beberapa kali menyatakan:

“Antum a’lamu bi umur dunyakum” (Kalian lebih mengerti urusan keduaniaan kalian”.

Kapasitas Nabi sebagai Nabi atau Rasul jelas tak mungkin dibantah para sahabat.

Akan tetapi kebijakan Nabi yang bersifat kontemporer duniawi, Nabi sering bersikap lebih demokratis.

Baca juga : NKRI Sebagai Sebuah Model (2)

Suatu ketika, Nabi mengha­dapi persoalan dilematis tawa­nan perang. Apakah mereka diselesaikan secara adat atau cara lain.

Nabi melemparkan kepada para sahabatnya akan hal ini. Umar ibn Khathab mengu­sulkan penyelesaian secara adat. Laki-lakinya dieksekusi mati dan perempuannya di­perbudak.

Abu Bakar tidak setuju pendapat Umar dan mengusulkan agar para tawanan perang itu dipilah berdasarkan potensi dan keahlian yang dimilikinya.

Mereka yang memiliki ke­ahlian dibebaskan dengan cara mengajarkan keterampilannya kepada masyarakat Madi­nah, baik Muhajirin maupun Anshar.

Baca juga : NKRI Sebagai Sebuah Model (1)

Nabi menyetujui pendapat Abu Bakar lalu Nabi meminta para tawanan perang yang expertist mengajarkan keterampilannya di depan satu kelas maksimum 20 orang.

Musyawarah dan mufakat paling banyak digunakan Nabi di dalam menyelesaikan setiap persoalan.

Dengan diinspirasi berbagai kearifan Nabi di dalam me­nyelesaikan persoalan politik kontemporer, maka tepatlah rumusan “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebi­jaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”.

Ini merupakan legacy poli­tik kontemporer Nabi kepada bangsa Indonesia.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.