Dark/Light Mode

Menggagas Fikih Siyasah Indonesia

Memperkenalkan Kebebasan Yang Terukur

Rabu, 12 Juli 2023 06:10 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Pola-Pola suksesi kepe­mimpinan para khulafaur rasyidin ditambah dengan suksesi sesudahnya, menunjukkan be­tapa bervariasinya sistem suksesi politik di dalam dunia Islam.

Hal itu juga mencerminkan bahwa persoalan politik adalah masalah kontemporer yang se­lalu berkembang seiring dengan tingkat perkembangan kecer­dasan, kematangan, dan kondisi objektif di setiap masyarakat.

Islam hanya menanamkan nilai-nilai etis di dalam men­jalankan politik praktis.

Empat pergantian khalifah tidak satu pun yang mempunyai pola yang sama. Abu Bakar di­angkat melalui musyawarah ter­buka, terutama perwakilan dari lima tokoh masyarakat saat itu.

Baca juga : Kedudukan Etnik Quraisy

Yaitu, wakil dari kelompok Muhajirin yang dipercayakan kepada Abu Bakar, dan kelom­pok Anshar diwakili oleh kedua suku terbesarnya, yakni suku khazraj dan suku ‘Aus.

Umar diangkat melalui reko­mendasi pendahulunya tanpa melalui pemilihan, hanya me­lalui konsultasi terbatas Abu Ba­kar dengan para sahabat senior.

Usman diangkat melalui pe­milihan terbuka oleh Dewan Formatur yang ditunjuk oleh Umar menjelang wafatnya.

Ali diangkat melalui pemili­han terbuka tetapi sejumlah sahabat senior tidak ikut di dalamnya dan menyebabkan cacatnya pertemuan itu, yang kemudian menyebabkan tampil­nya Muawiyah mengambil alih kekuasaan melalui “kepicikan” politik yang direkayasa oleh kelompoknya.

Baca juga : Keharusan Adanya Pemimpin

Muawiyah inilah yang menan­capkan kembali tradisi kerajaan yang kembali memperkenalkan pola suksesi berdasarkan garis keturunan, sebagaimana juga berlaku di pusat-pusat kerajaan besar yang ada di kawasan Timur Tengah dan Eropa saat itu.

Sesungguhnya kepiawaian Abu Bakar sudah membaca isu suksesi kepemimpinan ini dengan hati-hati.

Ia tidak melakukan musyawarah atau pemilihan terbuka di dalam upaya suksesi kepemimpi­nan, karena khawatir akan mun­culnya perpecahan dan konflik.

Ia menyadari bahwa kema­tangan politik dan kesadaran berbangsa masih sangat riskan. Maka ia merekomendasikan nama tunggal yaitu Umar untuk menggantikan dirinya.

Baca juga : Kaidah-kaidah Politik Ahlus Sunnah

Sebenarnya Umar juga menyadari akan hal itu. Maka ia merekomendasikan tim formatur yang ia pilih sendiri berdasarkan pengalaman bahwa orang-orang yang duduk di tim formatur itu sudah cukup matang untuk menyelesaikan proses pergantian kepemimpinan.

Usman mencoba memperke­nalkan pemilihan terbuka, tetapi ternyata tidak berhasil menghim­pun para sahabat dan para tokoh secara utuh. Akibatnya, muncul chaos di dalam pemilihan itu.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.