Dark/Light Mode

Hiruk-Pikuk Politik Yang Dahsyat

Minggu, 22 Oktober 2023 06:38 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

RM.id  Rakyat Merdeka -
Oleh: Prof. Dr. Tjipta Lesmana
Pengamat Politik, ex Anggota Komisi Konstitusi MPR

Dua hari terakhir ini, Sabtu dan Minggu yang baru lalu, hiruk-pikuk dan ketegangan politik melanda negara kita. Pokok pembicaraan dan pembahasan di mana-mana hanya satu: apakah Gibran Rakabuming Raka jadi berduet dengan Prabowo Subianto sebagai calon wakil presidennya? Tidak ada jawaban yang pasti. Sumber-sumber yang ditanya simpang-siur jawabannya: antara jadi dan tidak jadi, hari Senin ini kepastiannya, menunggu persetujuan Jokowi, Gibran jadi Cawapres Prabowo lewat pintu Golkar, dan Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto, sudah memberikan lampu hijau untuk ini.  Cawapres Prabowo akan diumumkan pada waktu Partai Gerindra mendaftar di Komisi Pemilihan Umum.

Baca juga : Ke Mana Gibran Akhirnya Berlabuh?

Kenapa pertanyaan sentral ini muncul dan menjadi pembahasan di mana-mana, termasuk di kalangan orang awam?      

Karena Gibran itu putera Pak Jokowi, sedang Jokowi anggota PDIP, bahkan ikut ketika Ketua Umum PDIP, Ibu Megawati Soekarnoputri mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden PDIP. Logikanya, Jokowi harus mendukung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden; logikanya juga, Gibran pun seyogyanya pilih Ganjar juga. Namun, dalam politik rupanya tidak selamanya 1 + 1 = 2. Dalam politik segala kemungkinan bisa terjadi; tidak ada yang tidak mungkin dalam politik, itulah sebenarnya definisi politik: The arts of possibility, seni berkemungkinan.

Baca juga : Masalah Beras Dan Rontoknya Mentan

Topik kiblat politik Gibran tentu terkait langsung dengan Ketua Umum PDIP, Ibu Megawati Soekanoputri. Ketika PDIP mendeklarasikan Prof. Mahfud MD sebagai Cawapres untuk mendampingi Ganjar Pranowo, Jokowi tidak hadir karena ketika itu sedang kunjungan kenegaraan ke RRT dan Arab Saudi. Sejauh ini, Jokowi pun tidak memperlihatkan sikapnya yang jelas: mendukung Gibran atau Prabowo sebagai calon presiden? Dilihat dari aspek komunikasi implisit (bukan komunikasi eksplisit), sikap Jokowi selama ini memang lebih banyak condong ke Prabowo. Tidak heran banyak orang, termasuk pengamat politik dan akademisi yang melihat preferensi Jokowi lebih condong ke Prabowo; begitu juga dengan preferensi Gibran.

Hal ini membuat pimpinan dan petinggi PDIP bingung juga. Ketika Bu Megawati mendeklarasikan Mahfud MD sebagai cawapres, pada hari yang sama Sekjen PDIP sudah menjadwalkan pertemuan dengan Gibran untuk menanyakan orientasi politiknya: ke Ganjar atau Prabowo. Rencana itu dibatalkan dan ditunda esok harinya, karena kesibukan pimpinan PDIP hari itu terkait deklarasi Mahfud sebagai Cawapres Ganjar Pranowo. Tapi esok harinya, rencana pertemuan penting itu gagal juga diselenggarakan            
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.