Dark/Light Mode
- Ketua MUI Baros Beri Pesan Sejuk Di Sosialisasi PNM Mekaar
- Dipolisikan Nurul Ghufron, Ketua Dewas: Kami Sama Sekali Nggak Takut!
- KPK Lelang 2 Mobil Jeep Cherokee Milik Eks Walkot Bekasi Rahmat Effendi
- Gempa Terkini Magnitudo 5,3 Guncang Papua, Getaran Terasa Hingga Mamberamo Raya
- TPPU SYL, KPK Sita Mobil Mercy Sprinter Dan New Jimny
RM.id Rakyat Merdeka - Kalangan sufi lebih sering menekankan Tuhan sebagai The God, sebagai konsekwensi dari pemahaman ontologis mereka yang menekankan aspek keserupaan (tasybih/similarity) Tuhan dengan makhluk-Nya. Bagi para sufi, alam khususnya manusia sebagai insan kamil, merupakan lokus pengejawentahan diri (majla) dan lokus penampakan (madhhar) al-Asma’ al-Husna’ (The Beautiful Names). Asma’ al-Husna’ itu sendiri merupakan entitas diri Tuhan yang diperkenalkan kepada manusia. Tuhan dan alam, khususnya manusia, tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Bahkan ada di antara sufi menganggap Tuhan sebagai substansi (jauhar) pada setiap makhluk. Makhluk itu sendiri dianggap semacam efek (’aradh/accident) dari Tuhan.
Jika seorang sufi melihat alam khususnya manusia sebagai makhluk mikrokosmos, maka niscaya ia melihat atau membayangkan Tuhan. Bukankah Tuhan pada mulanya hanya sendiri kemudian Ia menciptakan kosmos, alam raya dari diri-Nya sendiri, sehingga antara Sang Khaliq (al-Haq) dan makhluk (al-khalq) merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Dimensi kualitas kosmos semuanya berasal dari-Nya. Pengetahuan mereka dari pengetahuan-Nya, kekuasaan mereka dari kekuasaan-Nya, cinta mereka dari cinta-Nya, dan energy mereka adalah energy-Nya.
Baca juga : Allah: A God Dan The God (2)
Dengan demikian antara Tuhan dengan makhluk-Nya tak bisa dipisahkan walaupun antara keduanya tidak identik.
Kalangan sufi mendasarkan pandangannya tentang konsep tasybih kepada Al-Qur’an dan hadis. Nama-nama dan sifat-sifat Tuhan sebagaimana tercantum di dalam al-Asma’al-Husna menjadi entry point untuk mengenal Tuhan. Pada nama dan sifat-sifat Tuhan secara eksplisit disebutkan di dalam Al-Qur’an, seperti “Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (Q.S. Al-Syura/42:11). Tuhan yang digambarkan sebagai Maha Mendengar (al-Sami’) dan Maha Melihat (al-Bashir) mempunyai keserupaan dengan makhluknya seperti manusia yang juga dapat mendengar dan melihat, walaupun dalam sudah barangtentu berbeda dengan kapasitas dan cara Tuhan mendengar dan melihat.
Baca juga : Allah: A God dan The God (1)
Ada sejumlah ayat yang sering dijadikan dalil oleh para sufi di dalam mendukung pandangan tasybih-nya, antara lain: “Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas ’Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Hadid/57:4). “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya”. (Q.S. Qaf/50:16). “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (Q.S. al-Baqarah/2:115).
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.