Dark/Light Mode

Rusuh Dan Siaga TNI

Selasa, 20 Oktober 2020 07:23 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

 Sebelumnya 
Kita mendesak Presiden Jokowi untuk bijak dan mau mendengar suara buruh secara sungguh-sungguh; jangan hanya memperhatikan bisikan menteri-menteri ekonominya yang bernuansa “angin surga”. Suara-suara yang mengatakan Jokowi akan mengakomodasi saran-saran buruh dalam Perpres atau PP, tidaklah mudah. Jangan lupa TAP MPR tentang Tata-urutan Sistem Perundang-undangan kita. PP dan Perpres TIDAK bisa bertentangan atau bertabrakan dengan UU, karena UU memiliki derajat keabsahan lebih tinggi daripada PP dan Perpres.

Jika pemerintah, khususnya Presiden Jokowi, bersikap keras tidak mau berdialog yang benar-benar dialog dan menyerap aspirasi buruh, situasi politik bisa saja bergejolak terus, bahkan bisa terus bereskalasi, membuka peluang “pihak luar” untuk terus menggoyang pemerintahan Jokowi.

Hari ini, 20 Oktober 2020 genap satu tahun pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin. Pekan lalu sudah viral berita bahwa buruh dan mahasiswa akan turun lagi ke jalan-jalan hari ini untuk “memperingati” 1 (satu) tahun pemerintah Jokowi-Ma’ruf Amin, sekaligus mengumandangkan aspirasi mereka menolak Omnibus Law yang dinilai merugikan buruh.

Baca juga : Jurnalistik Ofensif: Najwa Versus Luhut

Pertanyan kita yang krusial: Bagaimana sikap TNI jika stabilitas politik kembali bergetar?

Kita tentu percaya, Kerusuhan Mei 1998 takkan terulang kembali. “Kerusuhan mikro” pada Mei 2019 dan 8 Oktober 2020 berhasil ditumpas oleh aparat keamanan. Jika pada kerusuhan Mei 2019 personel TNI turut menangani membantu Polri. Pada kerusuhan pekan lalu, keterlibatan personel TNI terbilang minimal. Mungkin pimpinan TNI menilai Polri masih mampu menbatasinya.

Mantan Komandan Sesko TNI yang juga pernah menjabat Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan, Letnan Jenderal TNI (purn) Agoes Sutomo, 4 tahun yang lalu menegaskan bahwa TNI tetap setia kepada NKRI dan rakyat. “TNI tahu kapan saatnya mengambil sikap kalau negara memang dalam keadaan genting.” Penegasan Agoes Sutomo diulangi lagi ketika ia tampil di ILC pekan lalu. Seolah Jenderal Agoes ingin mengulangi apa yang pernah dikatakan oleh Presiden Soekarno: I know my job! Yang unik, Agoes Sutomo buka-bukaan kepada publik bahwa “Kekuatan asing yang mengincar Indonesia sangat berharap Indonesia rusuh, perang saudara seperti Suriah sekarang. Untuk itu mereka telah melakukan skenario (ibarat lingkar obat nyamuk) secara sistematis melakukan proxy war pelemahan Ketahanan Nasional Indonesia dari masa ke masa secara bertahap dan halus.”

Baca juga : Pagi Ini, 55 Tahun Yang Lalu

Pelemahan sistem pertahanan ini, menurut Agoes, dilakukan dengan operasi intelijen masif dan terstruktur. Ada USER (State/non state (negara/kelompok elit)), ada AGENT HANDLE, di bawahnya AGENT ACTION, di bawahnya lagi INFORMAN berlapis.

Menurut Agoes, tiap struktur dan bagian ini bergerak menurut tupoksinya [tugas pokok dan fungsi] masing masing; diantara sesama mereka pun tidak saling mengenal. Yang tahu hanya “SANG USER”. “Mereka dibayar, dilatih untuk melakukan operasi-operasi cipta kondisi bahkan sabotase dengan bantuan dana tanpa batas serta dukungan power politik yang kuat.”

Masing-masing agen ini, lanjut Agoes, masuk melebur ke dalam sendi-sendi kehidupan bernegara kita. Ada yang masuk dan menjadi tokoh negarawan, dosen, pengamat, pejabat publik, institusi pemerintahan (Eksecutive, legislatif, yudicative), dunia perbangkan, dunia perfilman, bahkan sampai ke istana dan tubuh TNI-POLRI sekalipun! Semua bergerak dalam rangka mengamankan setiap kepentingan USER di Indonesia. Salah satu contoh yang marak sekarang adalah bagaimana merekayasa terjadinya gejolak kerusuhan di Indonesia.

Baca juga : Skandal Pinangki Dan Mimpi Ketemu Pak Ali Said

Nah, dalam konteks situasi sekarang, Agoes Sutomo yang belum lama pensiun memperingatkan kita semua akan bahaya demo-demo buruh plus mahasiswa dengan sasaran [perantara] Omnibus Law, khususnya UU Cipta Kerja. Di luar aparat keamanan, Istana harus bijak-bijak meredamnya, bukan dengan sikap egois, tetapi melalui dialog yang benar-benar dialog.

Mengerikan bukan analisis Letnan Jenderal Agoes Sutomo! Tentu, sebagai perwira TNI yang punya jam terbang 30 tahun lebih, Agoes tidak sembarang ngomong. Bukan juga untuk mencari popularitas.

Bahwa TNI tetap setia kepada NKRI dan rakyat, dan tahu kapan saatnya mengambil sikap kalau negara memang dalam keadaan genting, kita percaya. Pertanyaan kita yang krusial itu: jika gelombang unjuk rasa massa semakin besar dan besar, masih mampukah TNI mengendalikan situasi? ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.