Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Ketika bumi semakin kecil dan semakin datar, sudah pasti terjadi perubahan sosial. Bagaimana jadinya Pondok Pesantren (PP) jika segalanya telah berubah di sekitarnya.
Sampai di mana tradisi PP harus menyesuaikan diri? Bagaimana dengan kitab kuningnya jika nilai-nilai di dalamnya sudah mulai termakan usia? Bagaimana mempertahankan tradisi keilmuannya di tengah maraknya sistem IT yang menyuguhkan indirect teaching?
Baca juga : Membaca Tren Kelas Menengah Kaum Santri
Bagaimana kedudukan elit PP di tengah menjamurnya alumni perguruan tinggi Islam formal semisal IAIN, UIN, dan STAIN? Bagaimana pula ketokohan kiai di tengah pemimpin birokrasi yang semakin menguat? Bagaimana sikap PP menghadapi maraknya Pemilukada?
PP sebenarnya tidak perlu risau dan resah di tengah perubahan sosial sederas apapun. Justru sebaliknya, PP diharapkan semakin tegar menghadapi kenyataan itu.
Baca juga : Bagaimana Mengatasi NII (4)
PP akan menjadi oase spiritual yang bisa menawarkan kesejukan di tengah maraknya nilai-nilai pragmatisme di masyarakat. Justru di tengah kegalauan masyarakat, terutama kelas menengah perkotaaan, membutuhkan kehadiran PP.
Sistem pendidikan dan tradisi PP dituntut tidak perlu terlalu cepat melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya secara radikal. Kita berharap, PP menjadi pusat gravitasi dan poros perubahan di masyarakat.
Baca juga : Bagaimana Mengatasi NII (3)
PP diharapkan seperti Ka’bah yang posisinya tetap tegar. Meskipun di sekelilingnya terjadi aliran peredaran manusia.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.