Dark/Light Mode

Kantong Plastik Berbayar Pernah Diterapkan Tiga Tahun Lalu

TUTUM RAHANTA : Kalau Rp 2.000 Orang Sakit Hati

Senin, 4 Maret 2019 11:04 WIB
Kantong Plastik Berbayar Pernah Diterapkan Tiga Tahun Lalu TUTUM RAHANTA : Kalau Rp 2.000 Orang Sakit Hati

 Sebelumnya 
Inilah yang kurang dipahami. Secara waktu, trial yang harga Rp 200 pada 2016 sudah bisa menurunkan hampir 30 persen. Kenapa tidak bisa? Bukan angkanya, tetapi secara psikologi kita harus mengajak masyarakat, tidak harus membebani, tetapi masyarakat tersadarkan. 

Bagaimana kalau Rp 2000 misalnya? 
Harga Rp 2.000 kalau terpaksa, akan dibeli. Tetapi, orang membeli dengan rasa sakit hati yang tidak perlu. Kenapa kita harus membebani orang. YLKI tidak paham itu. Kalau kita menerapkan harga kantong plastik sebagai penggantinya, itu harus tahu konsekuensinya. Sesama pemain dan tidak ada payung hukum yang membawahi, kan boleh ngintip. Kalau dia boleh jual murah, kenapa harus jual mahal. 

Baca juga : AHMAD BAIDHOWI : Kira-kira Kalah, Ngapain Dipaksakan Berkoalisi

Apa ada rencana menjual kantong kertas yang mudah terurai? 
Trial 2016, kami sudah melakukan banyak sekali. Hanya, ini tidak disosialisasikan dan tidak dihebohkan. Ini kan menjadi heboh karena ada hiu mati, paus mati. Ini sesuatu yang telat, dan kami jadi ikut sibuk. Padahal kan gak usah kayak begini, kalau kita semua cinta lingkungan, semua bisa berbuat apa.

Penggunaan paper bag saja sudah kita lakukan, dan dalam hari tertentu kita tidak menggunakan kantong plastik. Jadi, sekali lagi bukan nilainya. 

Baca juga : DIN SYAMSUDDIN: Partai Politik Islam Akan Terus Tarik Menarik

Lantas, apa Aprindo menggunakan kantong plastik ramah lingkungan? 
Coba direcek, siapa yang melakukan itu jauh-jauh hari. Anggota kamilah yang sudah melakukan hal tersebut. Kami sudah lakukan itu, mereka tidak pernah lihat. Kenapa pihak yang tidak pernah melakukan kegiatan ini, tidak pernah diuber-uber. Ada yang lebih dari 70 tahun tidak melakukan kegiatan ini, bagaimana itu?

Harusnya apa yang kami lakukan ini diapresiasi. Kami tidak perlu suatu insentif, karena ini inisiatif yang seharusnya didorong atau dibantu, itulah sebetulnya. Di luar negeri, ini adalah sesuatu yang biasa. 

Baca juga : Acep Purnama : Saya Sudah Datang Ke Bawaslu, Jujur Saya Khilaf

Seharusnya bagaimana? 
Seharusnya, semua ini bekerja sama, pihak sekolah mengajar anak didiknya tentang lingkungan, LSM mendorong pengurangan sampah plastik, dan kami karena menggunakan kantong plastik, tidak lagi secara gratis. [NNM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.