Dark/Light Mode

Mumpung Masih Kemarau, Lebarin Sungai dan Keduk Waduk

Program Pengendalian Banjir Jangan Cuma Lips Service

Minggu, 9 Agustus 2020 06:30 WIB
Warga menggendong bayi menerobos banjir yang merendam Kawasan RT 08 RW 04 Jatipadang, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu. (Foto : Rakyat Merdeka/Rizky Syahputra)
Warga menggendong bayi menerobos banjir yang merendam Kawasan RT 08 RW 04 Jatipadang, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu. (Foto : Rakyat Merdeka/Rizky Syahputra)

 Sebelumnya 
Bikin Polder Pengendali Banjir 

Kepala Dinas SDA DKI Jakarta, Juaini Yusuf mengakui, kapasitas sungai di DKI hanya mampu menampung 2.357 meter kubik per detik. Sedangkan debit banjir yang terjadi pada Januari lalu, mencapai 3.389 meter kubik per detik.

Jadi, sisa debit yang harus ditahan berjumlah 1.032 meter kubik per detik. Pihaknya punya pekerjaan rumah dalam penanganan banjir, yaitu menahan 1.032 meter kubik air per detik yang tidak tertampung di sejumlah sungai Ibu Kota.

Antara lain upaya untuk menahan debit air yang tidak tertampung ke sungai dengan membuat waduk, situ, atau embung. Langkah lainnya, pihaknya tengah memperbanyak membuat sumur resapan atau vertikal drainase.

Juaini mencontohkan beberapa ruas sungai seperti Ciliwung yang hanya mampu menam- pung 570 meter kubik air per detik. Sedangkan, banjir pada awal Januari lalu mencapai 749 kubik per detik. Akibatnya ada beberapa wilayah sungai kondisinya air meluap karena sudah tidak mampu menampung air.

Baca juga : Kedubes Singapura Kebanjiran Ucapan Selamat HUT Dari Petinggi Daerah

Sejumlah program infrastruktur pengendalian banjir yang sedang dikerjakan adalah membangun polder pengendali banjir, rehabilitasi sumur pompa pengendali banjir, pembangunan waduk pengendali banjir, peningkatan kapasitas kali, sungai dan saluran.

Selain itu, pemerintah juga tengah mengerjakan pembangunan tanggul pengaman pantai, flood management information system yang terdiri dari alat pengukur debit, alat pengukur curah hujan, dan Closed Circuit Television (CCTV). Untuk polder pengendali banjir, DKI Jakarta butuh sekitar 47 polder. Hingga hari ini, DKI baru membangun 31 polder.

Selain itu, 10 polder lain juga memerlukan peningkatan kapasitas dan yang belum terbangun sebanyak enam polder. “Prioritas di tahun 2020 ini rencana kami akan membangun polder, tapi kemarin terkendala dengan anggaran,” katanya.

Karena pembangunan polder belum bisa diselesaikan, pemerintah harus merevitalisasi pompa dengan melakukan perbaikan. Adapun jumlah pompa yang dimiliki pemerintah pusat sebanyak 102 unit di 30 lokasi. Dari jumlah ini sebagian pom- pa telah cukup lama digunakan. Pompa yang dibuat sebelum tahun 2010 terdapat 56 unit di 11 lokasi. Pompa yang berusia setelah 2010 46 unit di 19 lokasi.

Sedangkan, pompa Pemprov DKI Jakarta berjumlah 382 unit di 148 lokasi. Pompa yang dibuat sebelum 2010 mencapai 172 unit di 61 lokasi dan setelah 2010 sebanyak 210 unit di 87 lo- kasi. Jika satu tahun diperlukan penggantian 30 unit, baru bisa selesaikan pada 2030.

Baca juga : Perkuat Pemasaran dan Penjualan Produk, Pegadaian Gandeng Askrindo Syariah

Juaini menargetkan pembebasan 10 lokasi lahan program penanggulangan banjir Jakarta tahun ini. Pemerintah telah menyiapkan anggaran Rp 781 miliar. Lahan yang bakal dibebas tersebar di lima waduk dan lima sungai yang ada di DKI Jakarta.

Lima waduk yang bakal ada tambahan pembebasan lahan tersebar di waduk Kampung Rambutan, Cimanggis, Pondok Rangon, Brigif, dan Lebak Bulus. Total anggaran pembebasan lahan waduk tahun ini mencapai Rp 229 miliar. Sedangkan pembebasan lahan di lima sungai tersebar di Sungai Ciliwung, Sunter,Pesanggrahan, Angke, dan Jatikramat.

Total anggarannya mencapai Rp 552 miliar. Pembebasan lahan terse- but menjadi prioritas sampai 2022. Pemerintah, kata Juaini, telah menyelesaikan pengerukan lumpur di lima sungai tersebut pada Juli lalu.

Sementara waduk saat ini masih dikeruk. Ke depan, setiap pengurus RW di Jakarta juga akan diberi kepercayaan untuk membangun sendiri sumur resapan di lokasi masing-masing. Dinas SDA akan memberi modal berupa material kepada warga.

“Rencananya nanti menggerakkan masyarakat melalui RW, dinas memberikan materialnya. Sedangkan untuk target dari ke- giatan ini kita sampai 2022, satu RT rencana 60 titik. Nanti kita minta untuk padat karya, jadi dari warga bisa ikut andil membuat sumur resapan,” ungkap Juaini.

Baca juga : Kunjungi Karawang, Mentan Panen Padi Pastikan Pangan Aman

Saat ini, ada 30.687 RT dan 2.738 RW di Jakarta. Dengan adanya sumur resapan, air bisa tertampung di sumur-sumur ini saat musim hujan. Sedangkan, air yang tertampung bisa terserap ke tanah dan menjadi cadangan air saat musim kemarau.

Wilayah Jakarta Pusat ditarget membangun 82.020 sumur resapan, Jakarta Timur 428.160 titik, Jakarta Selatan sebanyak 364.620 titik dan Jakarta Barat sebanyak 311.940 titik. Sementara di Jakarta Utara tak akan ada pembangunan sumur resapan oleh warga karena kondisi air dan tanah yang tak memungkinkan.

Pemprov DKI mengajukan pinjaman sebesar Rp 12,5 triliun dengan rincian sebesar Rp 4,5 triliun untuk tahun 2020 dan sebesar Rp 8 triliun untuk tahun 2021.

Pinjaman ini untuk mendukung upaya Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) akibat pandemi Covid-19. Dari total angka ini, Rp 5,2 triliun digunakan untuk sejumlah program penanganan banjir. Pengerjaannya dilaksanakan mulai 2020 hingga 2022. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.