Dark/Light Mode

Ingin Tiru Kuwait Kelola Wakaf

Wakil Ketua BWI: Di Sana Sampai Bingung Hasil Wakaf Disalurkan Ke Mana Lagi

Minggu, 10 April 2022 13:20 WIB
Wakil Ketua Pelaksana Badan Wakaf Indonesia (BWI) Yuli Yasin. (Foto: Ist)
Wakil Ketua Pelaksana Badan Wakaf Indonesia (BWI) Yuli Yasin. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sebagai negara muslim terbesar di dunia, Indonesia punya potensi besar dalam mengelola dan memanfaatkan wakaf. Sayangnya, potensi tersebut belum dimaksimalkan dengan baik.

Di negara-negara yang pengelolaanya wakafnya sudah baik dan maju, hasil wakaf bisa memberikan dampak besar bagi kesejahteraan masyarakat. Di Kuwait misalnya, pengelola sampai bingung ke mana lagi menyalurkan hasil wakaf.

Wakil Ketua Pelaksana Badan Wakaf Indonesia (BWI) Yuli Yasin mengatakan, dari sebuah penelitian diketahui potensi wakaf uang nasional sebesar Rp 180 triliun. Sampai ini yang terkumpul baru Rp 855 miliar. Masih sangat sedikit.

Untuk tanah wakaf, jumlahnya memang lumayan. Per tahun ini, jumlah tanah wakaf mencapai 56.210 hektar yang tersebar di 429.849 lokasi.

Baca juga : Karang Taruna Ciganjur Wakili DKI Di Tingkat Nasional, Purwanto Apresiasi

Sebagian besar atau 28 persen diperuntukkan untuk mushola, disusul madrasah atau sekolah sebanyak 10,7 persen, makam sebesar 4,37 persen, dan pesantren 3,98 persen. Sisanya 9,22 persen dialokasikan untuk wakaf produktif.

Menurut dia, potensi yang besar ini belum termaksimalkan karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat soal wakaf. Masyarakat awam mengetahui wakaf hanya untuk membangun masjid, sarana pemakaman, dan madrasah atau pesantren. Padahal, wakaf memiliki dimensi yang lebih luas yang hasilnya bisa dirasakan oleh masyarakat umum

Persoalan lain, lanjut Yuli, nazir atau pengelola wakaf masih belum kompeten dalam mengelola wakaf. Sehingga masih banyak aset wakaf yang dibiarkan begitu saja tak dikelola dengan baik.

Kata dia, banyak contoh praktik wakaf yang memberikan manfaat luas bagi masyarakat. Ia lalu menceritakan pengalamannya ke Kuwait, salah satu negara yang terbaik dalam mengelola wakaf.

Baca juga : Jangan Sampai UU HPP Jadi Jebakan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kelas Menengah

Di sana ada Masjid Kabir atau Grand Mosque Kuwait. Masjid tersebut memiliki aset wakaf berupa Tower Salsabil yang memiliki 44 lantai. Tiga lantai untuk pusat perbelanjaan, sedangkan sisanya untuk perkantoran. Hasil sewa dimanfaatkan untuk operasional masjid di sana, dan lainnya.

Saking besarnya hasil wakaf, sudah bisa mendirikan bank yaitu Kuwait Finance House, bank syariah pertama di dunia. Kata dia, di sana, yang dibahas bukan lagi mengajak orang untuk berwakaf, tapi ke mana lagi menyalurkan hasil wakaf.

"Mereka sampai bingung, ini hasil wakaf disalurkan ke mana lagi," kata Yuli, dalam Workshop Jurnalis Wakaf 2022, Sabtu (9/4).

Contoh lain, kata Yuli, adalah Masjid Al Azhar, di Kairo, Mesir. Masjid tersebut dibangun di atas tanah wakaf dari Fatimah binti Al Khudaewi Ismael.

Baca juga : Jabatan Wakil Ketua DPR Bakalan Jadi Rebutan Nih

"Biaya pembangunannya sebagian diperoleh dari hasil sawah dan penjualan perhiasan. Dari hasil wakaf tersebut, bisa membangun sekolah dari TK sampai universitas. Jutaan orang mendapatkan manfaat dari hasil wakaf tersebur. Pada tahun 2021, sebanyak 106.017 mahasiswa kuliah gratis di Al Azhar," ungkapnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.