Dark/Light Mode

NU-Muhammadiyah Berlaga Di Pemilu 2024

Marwahnya Bisa Melorot

Sabtu, 2 Juli 2022 07:40 WIB
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro. (Foto: Twitter)
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro. (Foto: Twitter)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Muda menginisiasi gerakan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 dengan menduetkan dua organisasi masyarakat besar, Nahdlatul Ulama (NU)-Muhammadiyah. Gagasan ini diungkapkan ICMI Muda saat roadshow silaturahmi ke sejumlah Ormas Islam.

Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro menilai, gagasan ini bagus di ide, tapi sulit diimplementasikan dalam sistem demokrasi elektoral Pemilu saat ini. Dikatakan, Pilpres fokus utamanya soal figur. Latar belakang dan figur sifatnya pelengkap sebagaimana lazim dalam pemilihan langsung (one man one vote) pasca reformasi mulai tahun 2004 hingga sekarang.

Baca juga : Kartu Prakerja Dipuji Jokowi, Elektabilitas Airlangga Bisa Meroket

“Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Jokowi, adalah bukti otentik, kekuatan figur yang mengemuka dari opini publik secara intensif, adalah bahan pertimbangan penting bagi partai-partai dalam mengusung Capres-Cawapres,” kata Agung saat berbincang dengan Rakyat Merdeka, kemarin.

Masalahnya lagi, dalam konteks pemilih Pilpres 2024 nanti, selain soal magnet figur, ada pula pertimbangan pemilih milenial yang terkenal kritis. Pemilih milenial ini telah belajar dari beragam orde, mulai Orde Baru, Orde Reformasi, dan Orde Pasca Reformasi.

Baca juga : Menuver Jokowi Disorot Netizen

Di titik inilah, ingat Agung, partai atau organisasi kemasyarakatan seperti ICMI, NU, dan Muhammadiyah, perlu mempertimbangkan secara menyeluruh. Pertama, apakah figur yang diusung kelak memiliki magnet elektoral sesuai harapan publik sebagaimana terekam dalam beragam potret elektabilitas survei kredibel.

Kedua, apakah sudah sesuai dengan tren perilaku pemilih milenial. Ketiga, apakah duet NU-Muhamadiyah ini memiliki kendaraan politik yang memenuhi ambang batas pencalonan presiden atau presidential treshold. “Belum soal variabel apakah mampu melawan hegemoni calon dari partai nasionalis,” tambahnya.

Baca juga : Banyak Partai Baru Sibuk Mencari Dukungan Rakyat

Soal peluang duet NU-Muhammadiyah, dalam peta politik saat ini, siapakah nama yang muncul? Dan kemungkinan partainya apa saja? Agung menilai, saat ini, tokoh yang merepresentasikan dua Ormas Islam ini belum begitu kuat secara elektoral. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.