Dark/Light Mode

Polarisasi Di Medsos

Agar Tak Mudah Terprovokasi, Gencarkan Literasi Digital

Senin, 6 November 2023 22:47 WIB
Direktur Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo. Foto: Istimewa
Direktur Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo. Foto: Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Selama Pemilihan Presiden (Pilpres), kerap terjadi polarisasi di masyarakat dan di ruang digital, terutama di media sosial (Medsos). Polarisasi ini dapat memicu ketegangan dan perpecahan di akar rumput.

Direktur Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo melihat, segregasi di media sosial masih akan meningkat pada Pilpres 2024.

"Bahkan akan kian tajam. Lebih parah dari Pemilu dan Pilpres sebelumnya," kata Karyono kepada RM.id, Senin (06/11/2023).

Baca juga : Redam Polarisasi Di Medsos, Gencarkan Narasi Persatuan

Penyebabnya, terang Karyono, bukan isu identitas dan SARA. Melainkan perseteruan antara nasionalis versus nasionalis. Ditambah Presiden Jokowi dianggap sudah berbeda dengan partai yang membesarkannya, PDI Perjuangan dan putra Jokowi, Gibran Rakabuming, menjadi pasangan Prabowo Subianto.

Apalagi, proses pencawapresan Gibran dinilai telah merusak konstitusi lewat Mahkamah Konstitusi (MK). Karena ini, tokoh-tokoh nasional marah.

Imbasnya, people power menggema di ruang publik. Kondisi ini tak terjadi di Pilpres dulu. Saat ini banyak protes, dan tingkat kepercayan publik terhadap Pemerintah dan lembaga lain menurun. Ini ancaman yang harus diwaspadai.

Baca juga : Ngebor Nggak Bisa Sembarangan Lagi

"Belum isu dari luar, Palestina-Israel. Bisa jadi komoditas isu dalam dinamika Pilpres. Waspadai juga isu identitas menguat turunan dari isu ini. Jadi berbagai kondisi ini, kalau dulu dibelah, ini dicacah," tuturnya.

Karyono juga mengingatkan ancaman polarisasi akibat pemberitaan hoaks dan ujaran kebencian yang digarap oleh para buzzer di ruang digital.

Karenanya, dia mengimbau semua pihak komitmen mengarungi Pemilu dengan damai. Dengan menghindari pesan propaganda provokatif dan kampanye hitam yang mengotori demokrasi.

Baca juga : DGP Gelar Diskusi Pilpers 2024: Masyarakat Terpikat Ganjar-Mahfud

Di sini lah pentingnya literasi digital menggunakan media sosial. Yakni menekankan perlunya membuat narasi penggunaan media sosial dengan penuh tanggung jawab.

"Sosialisasi masih kurang massif, begitu juga regulasi. Semua lapisan harus punya kesadaran terhadap pelaksanaan Pemilu yang demokratis dan memersatukan, bukan yang membelah," pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.