Dark/Light Mode

Terima Konsesi Tambang Karena Butuh

NU Merasa Sudah Lama Melarat…

Rabu, 12 Juni 2024 08:10 WIB
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya saat memberikan sambutan dalam acara Halaqah Ulama di Gedung PBNU Jakarta, Selasa (11/6/2024). (Foto: NU Online)
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya saat memberikan sambutan dalam acara Halaqah Ulama di Gedung PBNU Jakarta, Selasa (11/6/2024). (Foto: NU Online)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf kembali angkat suara soal alasan organisasinya terima konsesi tambang. Pria yang akrab disapa Gus Yahya ini menegaskan, ormas keagamaan perlu menambah pemasukan demi membantu umat. Karena selama ini, NU merasa sudah melarat...

Hal tersebut disampaikan Gus Yahya saat memberikan sambutan di acara Halaqoh Ulama: Sikapi Fatwa MUI Terkait Ijtima Ulama Soal Salam Lintas Agama yang digelar di Gedung PBNU, Jakarta, Selasa (11/6/2024). Acara tersebut disiarkan langsung melalui YouTube TVNU.

Gus Yahya menilai, keputusan pemerintah memberikan izin tambang kepada ormas agama sebagai langkah yang masuk akal. Selain untuk pemerataan, mengurangi ketimpangan, menurut dia, ormas keagamaan dapat mengelola tambang tersebut untuk kepentingan umat.

“Barang sudah ditawarkan begini masa gak mau. Karena kita butuh. Ini..ini..(menunjuk hadirin) sudah melarat lama. (Saking lamanya miskin) Sampai imajinasi kaya saja tidak punya,” kata Gus Yahya, berseloroh, disambut tawa hadirin.

Baca juga : Masiku Akan Ditangkap 7x24 Jam

Gus Yahya berpidato dengan santai. Mengenakan baju koko putih, peci hitam, dan kacamata bening, Gus Yahya bicara diselingi guyonan yang bikin hadirin tertawa. Di awal pidatonya, Gus Yahya menekankan tentang pentingnya menerapkan fiqih dalam konteks realitas masa kini. Menurut dia, dunia saat ini telah berubah menjadi lebih kompleks dengan tantangan baru yang belum pernah dihadapi sebelumnya.

Belum lagi, kata Gus Yahya, saat ini muncul berbagai aktor yang sangat kuat untuk melakukan mainstreaming, usaha memasukkan gagasan agar menjadi mindset dari masyarakat. Gus Yahya mencontohkan soal isu lingkungan hidup.

“Bagaimana tambang yang merupakan energi fosil itu diharamkan. Ini strategi mainstreaming yang sudah berlangsung lama,” ungkap Gus Yahya.

Nah, kata Gus Yahya, ulama harus punya cara menanggapi ini dengan jernih. Caranya ya menggunakan fiqih itu.

Baca juga : Jokowi Undang Mega Dan SBY

Soal batubara misalnya, lanjut dia, memanfaatkan sumber daya alam itu tidak otomatis haram. Tergantung asal usul, cara pengelolaanya, dan penggunaannya.

“Jangankan batubara, ayam goreng saja bisa haram kalau ayamnya nyolong, nyembelihnya tidak bener, dipake taruhan judi,” canda Gus Yahya.

Gus Yahya kemudian menceritakan latar belakang Pemerintah memberikan izin konsesi tambang kepada ormas keagamaan. Kata dia, Presiden Jokowi mencari cara untuk mengatasi distribusi sumber daya yang tidak merata. Kata dia, penguasa tambang saat ini sudah menguasai banyak lahan dari masa lalu dengan cara yang tidak jelas. Luasnya mencapai jutaan hektar. Jokowi ingin agar sumberdaya ini terdistribusi lebih adil.

Pemerintah kemudian memberikan batas waktu kepada pengusaha tambang untuk menggarap lahannya. Jika tidak tercapai produksinya, lahan tersebut dipotong dan dialokasikan kepada yang lain. Ternyata ada perusahaan yang tidak memenuhi target dan oleh pemerintah dipotong beneran.

Baca juga : Kemenhub Tawarkan Tiga Proyek Kereta Ke Investor

“Setelah dipotong terus bagaimana? Dikasih ke siapa? Kalau dilelang lagi ya jatuh ke orang-orang itu lagi. Gak jadi retribusi. Kalau dikasih sembarangan juga jadi masalah. Makanya diberikan ke ormas keagamaan,” papar Gus Yahya.

Menurut dia, memberikan lahan tambang kepada ormas keagamaan adalah langkah yang masuk akal. Karena ormas dapat mengelola tambang tersebut untuk kepentingan umat. Jadi, ormas yang mau silakan ambil. Silakan ajukan permohonan.

“Masa imajinasi untuk mengembangkan sumberdaya NU kok iuran warga. Ini karena kelamaan melarat. Kalau asal usulnya beres. Halal. Sudah selesai toh satu masalah,” imbuhnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.