Dark/Light Mode

Corona Diramal Molor Ke September

Tuh Kan, Makanya Jangan Pada Ngeyel

Rabu, 6 Mei 2020 07:05 WIB
Meski sedang diterapkannya PSBB di DKI Jakarta, tampak masih padatnya kendaraan di Jembatan Layang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Senin (4/5).  (Foto: Tedy O.kroen/RM)
Meski sedang diterapkannya PSBB di DKI Jakarta, tampak masih padatnya kendaraan di Jembatan Layang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Senin (4/5). (Foto: Tedy O.kroen/RM)

 Sebelumnya 
Sampai saat ini, Pandu melihat, kasus baru masih tinggi. “Belum ada tanda-tanda kurva menurun. Jadi belum tahu kapan wabah ini berakhir,” katanya, kemarin.

Dia bilang, pelonggaran PSBB sebaiknya dilakukan setelah jumlah kasus baru menurun. Untuk saat ini, sebaiknya pemerintah membuat kebijakan kriteria atau standar yang harus dicapai untuk membuat kebijakan relaksasi PSBB. Pemerintah harus menyusun mekanisme melepas pembatasan secara bertahap.

Baca juga : Anies Jangan Girang Dulu

Tim Simulasi Covid-19 Indonesia (SimcovID) dari ITB juga memprediksi hal serupa. Puncak pandemi Covid-19 di Indonesia bisa melebihi Agustus 2020.

Kepala Pusat Permodelan Matematika dan Simulasi ITB, Nuning Nuraini, memgatakan, puncak pandemi di Indonesia sebenarnya bisa saja terjadi pada pertengahan Mei ini. Syaratnya, contact index hanya 10 persen. Artinya, setiap orang selama pandemi ini hanya melakukan kontak dengan orang lain sebesar 10 persen dari situasi normal.

Baca juga : Melawan Corona: Meredam Stigma, Menguatkan Sikap Pro-Sosial

Namun, kata Nuning, untuk kondisi Indonesia, hal itu sulit dicapai. Prediksi Tim SimcovID bahwa puncak pandemi di Indonesia pada Agustus mendatang berdasarkan asumsi bahwa contact index saat ini sebesar 27 persen. Bila contact index pada hari-hari mendatang bertambah, puncak pandemi akan mundur. Kuncinya ada pada disiplin dan kepatuhan warga dalam menjalankan protokol kesehatan dan kebijakan PSBB.

Terbukti, dari data Gugus Tugas, daerah-daerah yang secara ketat melaksanakan pembatasan sosial, penambahan kasus baru Covid-19 cenderung menurun. “Jadi kuncinya disiplin. Jangan ngeyel. Kami terus mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk melaksanakan PSBB atau kebijakan serupa, terutama di daerah daerah yang masih tinggi jumlah total kasus Covid-19,” ujarnya.

Baca juga : Ada Corona, KPU Siapkan 3 Opsi Waktu Pengganti Pilkada Serentak

Bahkan, bila perlu, seluruh provinsi di Jawa menerapkan PSBB. Sebab, sekitar 56 persen dari 270 juta penduduk Indonesia berada di Jawa. Dia berharap, Pemda dibantu TNI dan Polri bersikap tegas pada warga yang tidak patuh PSBB, menjaga jarak, dan melaksanakan protokol kesehatan. Aparat jangan takut bila ada yang protes, karena yang dilakukan untuk keselamatan seluruh warga negara Indonesia.

Pada intinya, tambah dia, jangan lengah. Data-data yang menunjukkan penurunan kasus baru Covid-19 jangan membuat kita lalai dan mengabaikan aturan-aturan yang telah ditetapkan pemerintah untuk mencegah penyebaran Covid-19. “kita harus patuh dan tetap disiplin. Ini memang berat, terutama bagi sebagian masyarakat yang terdampak akibat kebijakan PSBB. Namun, jika kita sabar dan tetap disiplin, badai Covid-19 ini akan berlalu dan kita bisa segera beraktivitas seperti biasa,” pungkasnya.[BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.