Dark/Light Mode

Syahrizal Syarif Lega dan Khawatir

Kapan Corona Berakhir Pak? Saya Tak Mau Memprediksi

Sabtu, 27 Juni 2020 08:33 WIB
Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Syahrizal Syarif di acara Ngopi Pagi yang ditayangkan virtual oleh Rakyat Merdeka, Jumat (26/6). (Foto: Istimewa)
Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Syahrizal Syarif di acara Ngopi Pagi yang ditayangkan virtual oleh Rakyat Merdeka, Jumat (26/6). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Banyak orang berani memprediksi kapan berakhirnya wabah corona ini. Tapi, tidak bagi Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Syahrizal Syarif. Dia memilih tak mau menyebut bulan apa, dan tahun berapa wabah ini akan lenyap. Karena memang, corona yang tiap hari tambahnya seribuan. Kasus ini, sulit diprediksi kapan berakhirnya.

Sikap tegas itu disampaikan Syahrizal saat mengisi program Ngopi Pagi Rakyat Merdeka, kemarin. Tampil dengan mengenakan batik, Syahrizal mengupas peningkatan jumlah kasus positif corona (Covid-19) di Jawa Timur yang sudah menyalip Jakarta.

Ngopi Pagi adalah program diskusi virtual yang tayang di sejumlah jejaring media sosial Rakyat Merdeka. Isinya mengulas berita utama koran ini. Obrolan ringan tapi berisi ini dipandu oleh Direktur Rakyat Merdeka, Kiki Iswara, bersama dua wartawan senior Rakyat Merdeka: Budi Rahman Hakim dan Pemimpin Perusahaan Rakyat Merdeka Ratna Susilowati.

Host Ngopi Pagi, Kiki menunjukkan salah satu berita di halaman depan edisi Jumat (26/6). Judulnya: Corona Jatim Nyalip Corona Jakarta, Jokowi Ceramahi Risma dan Khofifah.

Baca juga : Cuma Warga Saudi dan Ekspatriat Yang Diizinkan Berhaji Tahun Ini

Kedatangan Jokowi ke Jatim, Kamis (27/6) menjadi sorotan. Sebab da lam arahannya, Jokowi secara halus menyentil ketidakharmonisan hubungan antara Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dengan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di tengah pandemi. Jokowi meminta semua kepala daerah, gubernur, wali kota dan bupati bekerja sama bahu membahu menangani wabah Covid-19 dengan baik. “Artinya harus solid,” ulas Kiki.

Kiki berharap, penjelasan dari dokter Syahrizal bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi sobat Rakyat Merdeka, dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang belum diketahui secara pasti kapan akan berakhir.

“Pola apa, yang artinya nanti kita menghadapi corona tapi juga bisa hidup, bisa bekerja, mencari makan seperti waktu-waktu sebelumnya,” tanya Kiki, lalu mempersilakan narasumber Ngopi Pagi memberikan pemaparan.

Syahrizal mengawali dengan memberikan pemahaman bahwa Covid-19 ini hanyalah satu dari 38 spesies virus corona. “Tapi pada manusia hanya 7, dan 3 menimbulkan masalah yang cukup besar,” tuturnya.

Baca juga : Hantu Berdasinya Galak Tukang Palaknya Banyak

Pertama MERS Cov di Jazirah Arab, lalu SARS Cov di tahun 2002-2003, dan terakhir Covid-19 saat ini. Bedanya, Covid-19 adalah virus yang berkembang dengan sangat cepat, melewati batas-batas wilayah. Dia wali dari imported case Wuhan, China, lalu berubah menjadi cluster kemudian meningkat menjadi transmisi lokal.

Beberapa negara, dilaporkan sudah berhasil mengendalikan kasus ini. Namun, dari 213 negara yang terpapar di dunia, masih ada 50 negara yang kasusnya masih fluktuatif.Satu diantaranya adalah Indonesia.

“Di ASEAN, Indonesia adalah satu satunya negara yang masih menghadapi tekanan berat dari wabah ini,” terang jebolan PhD University of Newcastle Australia itu.

Ditanya, kapan wabah ini akan berakhir, Syahrizal mengaku belum dapat memastikan. Angka 1.300an kasus, menurutnya, belum bisa dipastikan sebagai puncak wabah. “Prediksi-prediksi itu ya bisa benar bisa salah. Orang memprediksi, Juli kita akan mengalami penurunan. Saya tidak melakukan prediksi. Jadi mudah-mudahan,” responsnya.

Baca juga : "Saya Tak Mau Hattrick"

Bahkan, jika melihat pergerakan kasus setiap hari, ia malah mengaku khawatir jika kasusnya tidak melonjak, tapi juga tidak turun. “Tapi, kita akan cukup lama berada pada posisi 1.000 ini. Mungkin kita akan geser 1 bulanan,” tandasnya.

Khusus Surabaya, dia menyarankan, penanganannya berbasis konsep wilayah. Meskipun target dua minggu yang diberikan Jokowi tidak mudah untuk dikejar.

“Yang harus kita breakdown Surabaya, terutama di Surabaya Selatan. Kalau tidak salah. Itu juga harus diberi down sampai ke tingkat RW sampai ke tingkat RT. Toh datanya ada memang harus dilakukan tindakan yang cukup tegas untuk Surabaya,” imbuhnya. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.