Dark/Light Mode

Eksklusif Dengan Prof Komaruddin Hidayat

Turki Saja Bosan Dengan Khilafah

Jumat, 20 November 2020 07:09 WIB
Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Komaruddin Hidayat (Foto: Tangkapan layar)
Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Komaruddin Hidayat (Foto: Tangkapan layar)

 Sebelumnya 
Komaruddin kemudian mengajak menengok ke belakang, ketika Islam pernah punya kekhalifahan besar seperti Umayyah dan Abbasiyah. Demikian juga di Turki, Khilafah Utsmaniyah-nya. Namun, kejayaan tersebut sudah tidak relevan lagi untuk diterapkan di kondisi sekarang.

"Sekarang ada nggak yang mau bangkitkan? Nggak ada kan. Turki itu kan maju, Erdogan ada nggak ide Khilafah Utsmani? Nggak ada. Masa lalu itu indah dikenang tapi tidak selalu relevan untuk kembali dihidupkan," jelasnya.

Konsep khilafah, diakuinya, tidak cuma ada dalam Islam. Di agama lain juga ada. Ia mencontohkan Vatikan. Namun, pusat Katolik sedunia itu hanya fokus pada bidang pendidikan dan spiritual. Tidak mencakup kekuasaan seperti ide khilafah Islam yang didengungkan beberapa pihak. "Kalau kekuasaan, pasti benturan," terangnya.

Baca juga : Edukasi Kesehatan Pernafasan, Kalbe Luncurkan @Sepenuhnafas

Komaruddin juga bicara soal munculnya kembali partai-partai Islam, seperti Masyumi hingga Partai Ummat, partai yang digagas Amien Rais. Dia melihat dari sudut pandang positif. Menurutnya, Amien adalah pejuang yang konsisten. Perjuangan seorang intelektual dan tata negara memang bisa disalurkan lewat partai politik dan dengan meramaikan demokrasi.

"Dari situ kan positif ya. Apa salahnya? Persoalan laku nggaknya, itu kan rakyat yang menentukan," jelasnya.

Hanya saja, ia menyayangkan kekuatan Islam dari dulu terpecah-pecah. Berebut suara yang segitu-gitu saja. Termasuk tokoh-tokoh partai Islam yang sebelumnya kebanyakan berangkat dari gerakan kultural. 

Baca juga : Dialog Dengan WNI Di Turki, Bamsoet Jelaskan Penanganan Covid-19 Hingga UU Ciptaker

Tak heran, jika tokoh-tokoh dari gerakan kultural ini berbenturan ketika masuk ke kancah politik. Karena persaingan. Berbeda ketika berada di gerakan kultural. 

Bagaimana dengan gagasan NKRI Bersyariah yang didengungkan Rizieq Shihab? Menurut Komaruddin, Rizieq harus memperjelas dulu konsepnya. Karena bagi sebagian orang, NKRI dan Pancasila itu sudah bersyariah. Demikian halnya dengan Undang-Undang dan perangkat pemerintahan lainnya. 

"Syariah mengajarkan kejujuran, ada KPK. Walaupun praktiknya kecewa. Syariah mengajarkan harus pinter, ada Kementerian Pendidikan. Syariah mengajarkan sehat, ada Kementerian Kesehatan," jelasnya.

Baca juga : Eks Komisaris Trimegah Diduga Ikut Bujuk Beli Saham Perusahaan Benny Tjokro

Namun, jika tawarannya adalah khilafah, akan banyak yang menentang. Khilafah sama dengan kudeta. Karena memberikan kekuasaan kepada kekuatan baru. "Nggak ada negara-negara Arab yang menerima khilafah. Karena kalau menerima khilafah, sama juga dengan menyerahkan kekuasaan," tandasnya. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.