Dark/Light Mode

Imam Besar Istiqlal Bicara Corona

Ulama - Umara Harus Bersatu

Rabu, 25 November 2020 05:55 WIB
Tangkapan layar Imam Besar Istiqlal, Prof. Nasaruddin Umar saat talkshow bersama Rakyat Merdeka, Selasa (24/11). (Foto: Istimewa)
Tangkapan layar Imam Besar Istiqlal, Prof. Nasaruddin Umar saat talkshow bersama Rakyat Merdeka, Selasa (24/11). (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Nasar mengaku, selama ini kerap mendapat protes dari sejumlah kalangan. Misalnya, dengan tidak membuka Masjid Istqilal untuk kegiatan shalat. Baik shalat lima waktu, maupun shalat Jumat. “Masa masjid nggak boleh kerumun sementara di bandara, pasar, mall kerumun. Begitu protes yang sering disampaikan pada kita,” ungkap Nasar.

Apa jawab Nasar? Rektor Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ) ini memilih cara yang santun untuk menjelaskannya. Misalnya, Nasar mengatakan, ke masjid itu sunah, sedangkan ke pasar itu wajib. Apa maksudnya? Kata Nasar, manusia itu butuh makan. Apalagi ibu hamil atau bayi yang masih menyusui. Itu semua demi kesehatan mereka. Misalnya, seorang ibu melahirkan anaknya wajib diberi makan? Wajib. “Kalau dia harus nyusu, penjual susu di masjid atau di pasar? Di pasar. Segala sesuatu yang wujudnya kewajiban yang harus dikerjakan, maka itu jadi wajib,” paparnya.

Baca juga : Sebelum Edar, Vaksin Corona Harus Izin BPOM Dulu

Persoalan sama juga terjadi di situasi shalat Jumat. Menurutnya, shalat Jumat itu tidak menjadi wajib jika ada halangan. “Wajib Jumatan jika tidak ada Corona,” tukasnya.

Terkait dalil yang sering dipakai sebagian umat memilih ibadah di masjid karena mendapat pahala 27 derajat, Nasar tidak menyalahkan. Namun, di saat pandemi, dalil itu tidak berlaku. Kenapa? Karena jika situasi masih membahayakan, maka niat untuk mendapat pahala yang lebih besar bisa berakhir mudharat (banyak ruginya).

Baca juga : Satgas Ingatkan Pencegahan Covid-19 Dengan 3M Harus Sepaket

Persoalan Corona, lanjutnya, melintasi pelbagai unsur ilmu. Termasuk ushul fiqih. Belum lengkap jika perdebatan Corona hanya dipandang dengan fiqih tanpa ushulnya. “Kalau memang tidak mau masuk ke persoalannya, maka jangan gampang memberikan fatwa. Yang ada, masyarakat bisa mengikuti dan mengancam kehidupan orang banyak,” jelasnya.

Seperti yang Nasar terapkan di Masjid Istiqlal. Dia mengaku belum bisa membuka Istiqlal, karena dianggap banyak mudharatnya. Untuk shalat Jumat, daya tampung Istiqlal itu 200.000 orang. “Shalat Jumat cuma 30 menit. Kita pernah simulasi butuh waktu 4 jam petugas kami mengecek suhu tubuh 200.000 jemaah. Repot,” cetusnya.

Baca juga : Pelanggar Harus Ditindak

Dengan berbagai persoalan yang ada inilah, kata dia, maka peran ulama dibutuhkan. Ulama membantu memberi pencerahan soal bahaya pandemi menurut Al-Quran. Sedangkan umara, memberikan dukungan dan perlindungan pada rakyatnya. [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.