Dark/Light Mode

Supaya Pilpres Tidak Berakhir Perpecahan

Semua Pihak Diminta Ikutan Nenangin, Bukan Ngomporin

Minggu, 24 Maret 2019 08:07 WIB
Pasangan calon Presiden Joko Widodo-Maruf Amin (kanan) dan pasangan capres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno berdoa. (Foto : Istimewa).
Pasangan calon Presiden Joko Widodo-Maruf Amin (kanan) dan pasangan capres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno berdoa. (Foto : Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Tingginya tensi politik jelang Pilpres membuat khawatir banyak pihak. Kalau tak dikelola dengan baik ada yang takut perpecahan terjadi pasca Pilpres. Tanda-tanda ke arah itu sudah terlihat.

Pandangan seperti itu diungkapkan peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro pada simposium nasional Ketahanan sosial dan demokrasi di Universitas Brawijaya, kemarin.

Dia meminta pemerintah mengantisipasinya sejak dini. Jika tidak, akan menjadi permasalahan besar bagi bangsa. “Ketahanan sosial menjadi terancam oleh musuh bersama kita,” ujar Siti.

Musuh bersama itu adalah kesenjangan sosial, ketimpangan ekonomi, juga masalah politik dan Pilkada yang menjadi pemicu konflik sosial di masyarakat.

Baca juga : Panglima TNI & Kapolri Diminta Ikut Mendinginkan

“Pilkada yang digelar selalu menyisakan sengketa, hanya pada 2018 nyaris konflik tak terjadi,” jelasnya.

Kekhawatiran Siti ditanggapi warganet. Pakenta Bangun menyebut, potensi perpecahan di masyarakat karena sikap elite politik yang menghalalkan segala cara untuk meraih kemenangan.

“Rakyat yang tak tau apa-apa dikipasi terus. Kasihan rakyatnya,” jelasnya.

Acapella menuding panasnya situasi politik yang menjurus ke arah perpecahan karena sikap elite politik yang sengaja ingin mengadu domba rakyat.

Baca juga : Dirut Krakatau Steel Pastikan Siap Dukung KPK

“Yang bikin perpecahan itu oposisi beserta asing. oposisi memang ditugaskan oleh pemodal asing (bisa pemerintaahan suatu negara, bisa swasta) untuk bikin gaduh dan kacau pemerintahan yang sah, karena pemerintah saat ini mengganggu kepentingan asing,” tudingnya.

Menguatkan, Sibualbuali menuding yang membuat terbelah itu kan ambisinya segelintir politisi di Pilkada DKI. “Itu buntut dari tidak terimanya wowo kalah di Pilpres 2014.”

Taruna Adjie mempersoalkan komentar Siti yang menyebut ketahanan sosial menjadi terancam oleh musuh bersama, yakni kesenjangan sosial, ketimpangan ekonomi. “Maka Jokowi membagikan tanah kepada rakyat biar rakyat adem, bukan tanah untuk dikuasai beberapa gelintir orang, nenek-nenek ini gimana sih cara berpikirnya?” katanya.

Fanny meminta Siti Zuhro berbicara yang menenangkan situasi, jangan memanasi.

Baca juga : KPK: Oknum Kotor Di Krakatau Steel Bikin Industri Baja Nggak Berkembang

“Mulai lah dari diri anda kalau merasa bertanggung jawab dan peduli dengan bangsa ini. Bukan main tunjuk pemerintah dan tanpa sadar anda juga jadi pemicunya dari pikiran dan ucapan anda,” desaknya.

Selanjutnya, beni1434H menerangkan panasnya situasi karena keadilan tidak didapat rakyat.

“Gimana gak dendam, dikit-dikit dituntut, dibui, yang dibui cuma satu dua orang, tapi yang dendam ribuan fans, simpatisan dan pendukung/followernya, bukannya reda, caracara represif macam ini malah bikin tambah panas Pilpres.”

Erdianah HR mendukung pernyataan Siti yang mengungkapkan permasalahan panasnya situasi karena rakyat sudah frustrasi. “Mantapp penjelasan ibu ini. Banyak survei mencatat tingkat kepuasan masyarakat kepada Joko meningkat tapi tingkat elektabilitas menurun. Berarti surveinya yang salah bu... Survei abal-abal...wkwkwk,” katanya. rendah. Ini tidak masuk akal, semestinya kepuasan diikuti juga elektabilitas seseorang,” tegasnya. [REN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.