Dark/Light Mode

Soal Gelombang 3 Corona

Menkes: Ujiannya Tinggal Nataru

Minggu, 14 November 2021 06:55 WIB
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memimpin upacara peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-57 di Auditorium Siwabessy pada Jumat (12/11). (Foto: Dok. Kementerian Kesehatan).
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memimpin upacara peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-57 di Auditorium Siwabessy pada Jumat (12/11). (Foto: Dok. Kementerian Kesehatan).

 Sebelumnya 
Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, pihaknya bersama kementerian dan lembaga lain tengah menggodok peraturan untuk membatasi mobilitas masyarakat.

Apakah Indonesia akan mengalami gelombang tiga? Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman memprediksi, gelombang ketiga bisa terjadi bulan depan.

Selain karena libur Nataru, saat ini penerapan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) semakin dilonggarkan dan banyak masyarakat yang abai prokes.

Baca juga : Nadiem Siap Adu Argumen

Menurut dia, beberapa negara di dunia pun turut merasakan gelombang ketiga penularan Corona. Bahkan, China sekarang sedang lockdown karena banyaknya kasus varian Delta. Belum lagi Eropa.

“Ini adalah satu hal yang tadinya tidak kita sangka ketika cakupan vaksinasi sudah banyak. Bicara China, sudah 1 miliaran orang sudah divaksin,” tutur Dicky.

Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra bahkan menyebut, gelombang ketiga bisa datang kapan saja. Karena saat ini mobilitas warga telah kembali, seperti sebelum adanya pandemi.

Baca juga : Prabowo Nyapres Tinggal Ngangguk

“Karena adanya mutasi virus baru yang kemudian adanya keramaian, penularannya semakin cepat,” urai Hermawan.

Sementara epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono, berani berbeda dengan epidemiolog lain soal prediksi gelombang tiga. Ia optimis, ledakan kasus yang dikhawatirkan banyak pihak itu tak akan mampir ke Indonesia. “50 persen sudah punya imunitas alam, lalu divaksinasi lagi. Jenis apapun itu nggak penting, di-booster itu. Jadi orang-orang Jakarta itu sakti semua,” ucapnya.

Kombinasi vaksinasi alam dan vaksinasi buatan itu, bikin imunitas penduduk melampaui vaksinasi biasa. Itulah mengapa Jakarta mampu mempertahankan tingkat kematian di angka 0 kasus. “Vaksinasi alam dari Tuhan, vaksinasi buatan dari Ini,” lanjut Pandu, tersenyum. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.