Dark/Light Mode

Cerita Tentang Si Kakak

Minggu, 19 Januari 2020 04:24 WIB
Ngopi - Cerita Tentang Si Kakak
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Ini masih cerita tentang anak pertama saya. Usianya tiga setengah tahun. Adiknya tanggal 16 Januari kemarin 40 hari. Alhamdulillah sekarang ini ritme bergadang berkurang. Bisa tidur lebih lama kalau malam. Kantung mata mulai mengempes.

Urusan bayi sedikit melegakan. Tinggal istri saya saja yang menggenjot asupan bergizi biar volume asi terjaga. Istrinya saya pekerja. Cuti 3 bulan. Selain harus menyusui, mesti juga memompa. Biar nanti pas masuk kerja si bayi tetap minum asip.

Oh iya, ini cerita tentang anak pertama. Dari dia saya tahu. Anak-anak itu egois. Maunya dituruti. Tidak bisa tidak. Kalau dulu sih, waktu masih satu oke-oke saja. Bisa dikasih. Penuh. 1x24 jam. 24x7. Waktu dan segala sumber daya tercurah penuh untuknya. Sekarang beda. Harus berbagi.

Baca juga : Sambut Februari Dengan Siaga

Si kakak, maunya tetap ‘ngempeng’ sama ibunya. Tapi kan nggak mungkin. Karena, urusan itu sudah dikuasakan penuh ke adiknya. Begitu pun waktu. Maunya terus-terusan urus kakak. Tapi, yah mau bagaimana. Bukan tidak sayang, bayi kan harus mendapat prioritas. Karena memang belum bisa apa-apa.

Saya sih melihat awalnya memang berat buat si kakak. Dia juga sering protes. Nah, satu waktu si kaka tiba-tiba tidak mau bicara. Cuma nangis. Kami bingung. Rupanya dia meniru adiknya. Dia tahu, kalau adiknya nangis, saya dan istri langsung merespon. Saya cek popoknya. Atau istri saya langsung menyodorkan senjata andalannya.

Akhirnya dikasih pengertian. Kalau bayi cuma bisa nangis. Minta nyusu, nangis. Buang air, juga nangis. Saya dan istri bilang ke Kakak. “Kakak kan sudah bisa ngomong, kalau mau apa-apa bilang. Bukan nangis.”

Baca juga : Jaga Perairan Natuna, Kemenhub Siapkan 39 Kapal

Beruntung sekarang sudah mau mengerti. Sudah mau ngomong lagi. Walaupun kadang suka lupa. Kami pun mesti kasih pengertian. Kasih aturan. Sesekali agak keras. Walau berbuntut tangisan. Sebab, tanpa aturan apa bedanya manusia dengan makhluk lainnya.

Tapi, harus begitu. Kalau nggak, keterusan. Tidak bisa direm. Kasihan nanti kalau sudah besar. Khawatir nggak punya teman. Karena egois. Maunya dia doang yang diturutin. Pelan-pelan. Syukur-syukur cepat paham. Karena itu modal nanti dalam pergaulan.

Buat kami, merawat dua anak memang menjadi tantangan. Apalagi kami memutuskan tidak menggunakan jasa baby sitter. Takut sama berita dan cerita di medsos anak-anak diperlakukan tidak layak. Walau kami tahu itu cuma sebagian kecil. Lebih banyak baby sitter yang baik daripada yang jahat.

Baca juga : McGregor, Menang Atau Tamat

Beruntungnya, ibu mertua mau bantu. Kalau kami kerja beliau yang merawat anak pertama saya dulu. Menjaga dari pagi sampai sore. Sore ke malam bersama kami. Tapi sekarang jadi dua. Tentu situasinya beda. Bukan lagi rahasia. Kakek-Nenek lebih permisif dibanding bapak-ibu. Tapi kami berdoa, semoga si Kakak bisa menjaga egoismenya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.