Dark/Light Mode

Mantan Golput

Senin, 4 Maret 2019 07:48 WIB
Ngopi - Mantan Golput
Catatan :
RIFFMY

RM.id  Rakyat Merdeka - Teman saya sudah puluhan tahun golput. Sikapnya berubah menjelang Pemilu 2019. Bahkan memutuskan terjun dan bergelut di dunia yang mungkin selama ini tak disukainya: politik. Tak tanggung-tanggung, ia langsung menjadi caleg sebuah partai baru.

Yang pasti tahun ini ia bakal nyoblos. Paling tidak untuk menambah perolehan suaranya sendiri. Ia bergabung dengan partai besutan pengusaha itu karena dianggap memperlakukan caleg secara “istimewa”.

Bebas pilih dapil di mana saja. Menurut saya, perlakuan itu tak istimewa-istimewa amat. Partai baru perlu banyak caleg untuk mengisi dapil-dapil. Caleg menjadi penambang suara agar partai bisa lolos treshold.

Baca juga : Drama Bola

Teman saya pun nyaleg di dapil tempatnya bermukim sekarang. Biar nggak jauh-jauh kampanye. Maklum, ia tak punya banyak uang. Untuk memperkenalkan diri, ia memilih media kampanye yang murah: medsos. Paling keluar biaya buat beli paket internet. Setiap hari ia posting ke medsos.

Bisa beberapa kali. Mulai tulisan, foto hingga video. Ia sadar sedang gambling dengan metode ini. “Kalau berhasil lumayan kan jadi anggota dewan, kalau gagal ya minimal dapat gelar mantan caleg.”

Mendekati hari pemilihan, ia tak bisa terus-terusan kampanye di dunia maya. Perlu turun ke dunia nyata. Turun ke bawah (turba), istilah rezim Orde Baru. Ia pun mengalami dimintai bantuan macam-macam.

Baca juga : Takut Banana Politics

Sama seperti yang dialami caleg lain. Sekarang masyarakat pragmatis. Minta bantuan “di muka” dari caleg. “Kalau sudah terpilih, jangankan dimintai bantuan. Ditemui saja susah,” kata teman saya yang perumahannya disambangi caleg.

Lima tahun lalu, perumahannya panen bantuan. Yang paling kentara, jalanan jadi mulus. Caleg membantu pengaspalan. Saat turba, teman saya yang caleg, menerima keluhan atap aula warga sudah mau roboh.

Apa responsnya? “Saya caleg, bukan tukang bangunan.” Saya yakin ia paham maksud di balik keluhan warga itu. Minta bantuan (biaya) perbaikan atap aula. Namun teman saya menjawab secara naif, untuk ngeles.

Baca juga : Diungkap Anaknya, Gusdur Sering Golput

Orang pun mencibir, “Masak caleg nggak punya uang.” “Memang,” teman saya berterus terang. “Seorang caleg itu diutus sesuai dengan kondisi masyarakatnya,” timpalnya. Seketika permintaan-permintaan berhenti diajukan.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.