Dark/Light Mode

Sosialisasi Empat Pilar MPR

HNW: Ideologi & Konstitusi Dibikin Atas Kesepakatan Pendiri Bangsa!

Minggu, 22 Mei 2022 19:00 WIB
Sosialisasi Empat Pilar MPR Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid bersama Pimpinan Wilayah (PW) Pemuda Muhammadiyah Jawa Tengah di Hotel Le Beringin Kota Salatiga, Sabtu (21/5) malam. (Foto: Istimewa)
Sosialisasi Empat Pilar MPR Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid bersama Pimpinan Wilayah (PW) Pemuda Muhammadiyah Jawa Tengah di Hotel Le Beringin Kota Salatiga, Sabtu (21/5) malam. (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Sementara upaya untuk mengganti Pancasila dengan dasar dan Ideologi yang lain, kata Hidayat pernah dilakukan oleh PKI. Melalui pemberontakan yang terjadi pada September 1948 dan 1965, PKI berusaha mengganti Pancasila dengan ideologi komunisme.

Di masa kini, upaya untuk merubah kesepakatan para pendiri bangsa masih terus dilakukan. Buktinya adalah munculnya RUU Haluan Ideologi Pancasila. Karena dalam RUU itu masih menyebut soal Trisila dan Ekasila. Itu berarti menurunkan  derajat Pancasila. Dan tidak mengakui Kesepakatan para pendiri bangsa tentang dasar dan Ideologi negara, pada 18 Agustus 1945.

Baca juga : Fadel Muhammad: Empat Pilar MPR Pondasi Keutuhan Bangsa

"Kesepakatan para pendiri bangsa tentang Pancasila dan UUD NRI 1945 sudah final. Bahkan, saat UUD diamandemen pada era reformasi, dinyatakan  bahwa pembukaan UUD yang di dalamnya ada teks Pancasila tidak boleh diubah. Selain pembukaan, bentuk negara NKRI juga sudah final tidak boleh mengalami perubahan," ingatnya.

Kesepakatan para pendiri bangsa tentang dasar dan ideologi negara, menurut HNW, harus senantiasa dijaga dan dilestarikan. Karena proses keputusannya melibatkan seluruh wakil bangsa Indonesia. Lintas agama dan kaum nasionalis, juga seluruh perwakilan ras dan suku bangsa.

Baca juga : HNW: Patuhi Konstitusi, Selamatkan NKRI!

Muhammadiyah termasuk yang selalu ikut aktif bersama, NU dan ormas Islam lain, juga ormas non Islam serta tokoh nasionalis. Dari muklai KH. Ahmad Dahlan yang ikut mendirikan Budiutomo dan Jamiatul Khair.

Kemudian pada masa persiapan kemerdekaan muncul tokoh Muhammadiyah lainnya, seperti KH. Mas Mansyur, Kahar Muzakir, Ki Bagus hadikusumo, hingga Mr. Kasman Singodimedjo.

Baca juga : Bamsoet Dorong Perbanyak Produksi Film Bertema Kebangsaan

"Karena itu, munculnya kasus Islamophobia maupun Indonesiaphobia, juga upaya memisahkan antara Islam dari Indonesia adalah bukti penguasaan sejarah yang masih dangkal. Mereka harus mau memperdalam pelajaran sejarah bangsanya," kata HNW.

Sejak dulu, kata HNW, para tokoh Islam, bersama non Islam dan nasionalis sudah saling mengikat satu sama lain. Karena itu Muhammadiyah menyebut bangunan permusyawaratan yang membentuk Indonesia sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah, artinya negara kesepakatan dari perjanjian yang disepakati. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.