Dark/Light Mode

Sri Lanka Bangkrut

Hati-hatilah Kelola Utang Ya!

Rabu, 13 Juli 2022 07:50 WIB
Anggota Komisi VI DPR Rudi Hartono Bangun. (Foto: Dok. DPR RI)
Anggota Komisi VI DPR Rudi Hartono Bangun. (Foto: Dok. DPR RI)

 Sebelumnya 
Namun, kata Tauhid bila nantinya terjadi defisit yang terlalu tinggi dan berlangsung selama setahun, maka itu bahaya. “Devisa bisa habis karena pintu ekspor dan impor, takut gagal bayar di situ,” kata dia.

Tauhid menyebut, ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan dengan rasio utang pemerintah hampir 40 persen dari produk domestik bruto (PDB). Karena hal itu kemungkinan bisa bertambah bila tidak ada peningkatan dalam penerimaan negara.

Baca juga : Presiden Sri Lanka Berhasil Kabur Ke Maladewa, Jadi Mundur 13 Juli Nggak Nih?

“Misalkan tidak ada peningkatan di penerimaan negara, bayar utang, semakin lama bisa tembus di atas level psikologis,” katanya.

Diketahui, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat posisi utang pemerintah pada akhir Mei 2022 mencapai Rp 7.002,24 triliun, dengan ra­sio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 38,88 persen.

Baca juga : Sri Lanka Dan Pesan Filipino

Sementara, belanja subsidi pada 2022 membengkak menjadi Rp 578,1 triliun akibat kebijakan pemerintah yang menahan harga bahan bakar minyak (BBM), LPG3 kg dan tarif listrik di bawah 3.000 VA. Anggaran belanja subsidi semula sebesar Rp 207 triliun, namun diubah menjadi Rp 283,7 triliun.

Namun, dikarenakan konsumsi energi yang meningkat, maka subsidi bisa mencapai Rp 284,6 triliun. Dengan itu, Pemerintah juga harus membayar kompensasi kepada PT Pertamina dan PT PLN karena sudah menahan harga dalam dua tahun terakhir sebesar Rp 293,5 triliun. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.