Dark/Light Mode

Jepang Mulai Nyicil Pembuangan Limbah Nuklir, Berbahayakah Buat Indonesia?

Kamis, 24 Agustus 2023 20:26 WIB
Periset Pusat Riset Teknologi Daur Bahan Bakar Nuklir dan Limbah Radioaktif, Organisasi Riset Tenaga Nuklir, Badan Riset dan Inovasi Nasional BRIN Djarot Sulistio Wisnubroto (Foto: dok. BRIN)
Periset Pusat Riset Teknologi Daur Bahan Bakar Nuklir dan Limbah Radioaktif, Organisasi Riset Tenaga Nuklir, Badan Riset dan Inovasi Nasional BRIN Djarot Sulistio Wisnubroto (Foto: dok. BRIN)

RM.id  Rakyat Merdeka - Hari ini, Jepang mulai mencicil pembuangan limbah radioaktif dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi, yang totalnya telah melebihi 1,3 juta metrik ton. Limbah nuklir itu dibuang ke Samudera Pasifik pada pukul 13.03 waktu setempat.

Limbah nuklir yang hari ini dibuang, sebelumnya dipakai untuk mendinginkan tiga reaktor PLTN Fukushima, yang rusak akibat tsunami dan gempa bermagnitudo 9,0 pada Maret 2011.

Setelah jadi limbah, air sisa olahan radioaktif itu disimpan di dalam tangki PLTN Fukushima, selama lebih dari satu dekade. Namun saat ini, kapasitasnya nyaris full. Sudah 98 persen. Alhasil, Jepang pun memilih membuang limbah radioaktif ke laut, setelah melalui serangkaian proses pengolahan, dan peninjauan oleh Badan Tenaga Atom Internasional PBB (IAEA).

Namun, langkah ini terbilang kontroversial, karena sebagian menilai, pembuangan limbah nuklir tersebut dapat mencemari lingkungan.

Selain menuai protes nelayan setempat, langkah ini juga dikecam China dan Korsel, misalnya. Mereka memilih stop impor produk laut dari Jepang, karena ngeri tercemar limbah Fukushima.

Bagaimana dengan Indonesia? Apakah limbah nuklir Fukushima berdampak bagi lingkungan laut Indonesia? Mari simak petikan wawancara wartawan Rakyat Merdeka/RM.id Bambang Trismawan dengan Periset Pusat Riset Teknologi Daur Bahan Bakar Nuklir dan Limbah Radioaktif, Organisasi Riset Tenaga Nuklir, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Djarot Sulistio Wisnubroto, Kamis (24/8/2023).

Limbah nuklir dari PLTN Fukushima yang dibuang Jepang ke Samudera Pasifik pada hari ini, membikin resah sejumlah negara seperti China dan Korsel, hingga mereka melarang impor produk laut dari Jepang, karena khawatir tercemar. Betulkah seberbahaya itu?

Kalau dari sisi sains, pelepasan air yang sudah diolah dari fasilitas nuklir, sebetulnya tidak ada masalah. Karena air yang terkontaminasi itu sudah melalui proses pemurnian untuk menghilangkan sebagian besar kandungan radioaktif. Sehingga, yang tersisa hanya tritium, isotop radioaktif dari hidrogen, yang sulit dihilangkan oleh air.

Jika jumlahnya tidak melebihi batas wajar, tritium tidak berbahaya. Dan ini dimonitor langsung oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir PBB (IAEA), yang juga melibatkan orang Indonesia.

Baca juga : PM Korsel Minta Jepang Transparan Soal Pembuangan Limbah Nuklir Fukushima

Jadi, pembuangan limbah radioaktif itu sebetulnya hal yang wajar?

Betul. Pelepasan tritium dilakukan hampir di semua PLTN yang beroperasi secara normal. Yang penting, konsentrasinya rendah.

Mengutip Reuters, hasil tes Tokyo Electric Power (TEPCO) yang dirilis pada Kamis (24/8) menyebut, limbah PLTN Fukushima mengandung sekitar 63 becquerel tritium per liter. Angka ini masih di bawah batas aman kandungan radioaktivitas pada air minum, yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang berjumlah 10 ribu becquerel per liter.

Hasil analisis independen yang dipublikasikan IAEA juga setali tiga uang. Konsentrasi tritium terkonfirmasi jauh di bawah standar.

Apa syaratnya, agar pembuangan limbah nuklir itu aman?

Memang ada syarat tertentu. Limbah radioaktif PLTN Fukushima yang jumlahnya sudah melebihi 1,3 juta meter kubik, tidak bisa langsung dilepaskan semua. Ini dicicil dalam jangka 30 tahun.

Pipa pembuangannya pun tidak dekat dari pulau utama Jepang. Jaraknya, 1 km menjorok ke laut.

Jadi, pembuangan limbah nuklir Fukushima tidak berdampak bagi Indonesia?

Secara sains, bisa disebut tidak.

Baca juga : Jepang Cicil Buang Limbah Radioaktif, China Stop Seafood Dari Negeri Sakura

Bagaimana dengan situasi tahun 2011, saat PLTN Fukushima mengalami kecelakaan karena tsunami, dan terjadi kebocoran bahan radioaktif. Apakah saat itu Indonesia terdampak?

Tidak ada dampaknya. Karena saat itu, Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) melakukan penelitian secara periodik di pantai dan perairan Indonesia. Hasilnya, aman. Kalau toh ada, kecil sekali setelah sekian tahun. Sejauh ini, tritium tidak bermasalah.

Bagaimana dengan sampel ikan di laut Indonesia? Apakah ketika itu juga dilakukan pengujian?

Saat terjadi kecelakaan PLTN Fukushima, BATAN sering diminta mengambil sampel di laut Indonesia, oleh importir ikan dan produk laut lainnya dari Jepang. Mereka ingin tahu, apakah produk laut kita seperti ikan tuna, tercemar radioaktif. Hasilnya, tidak ada masalah.

Kenapa China begitu menentang pembuangan limbah nuklir Fukushima?

Saya melihat, ini lebih ke arah politis ketimbang sains. China dan Jepang kan punya Riwayat hubungan tidak harmonis. Karena sebagian daratan China, pernah diduduki Jepang.

Korsel bisa sedikit lebih cool?

Itu karena Korsel mau mempelajari. Setelah ada kunjungan Dirjen IAEA ke Korsel untuk memberikan penjelasan, sikap mereka menjadi lebih netral.

Bagaimana dengan protes kelompok nelayan Jepang?

Baca juga : Jepang Mulai Buang Limbah Radioaktif PLTN Fukushima Ke Samudera Pasifik

Kelompok masyarakat tertentu, pastinya ada yang melakukan penolakan dan demo. Masyarakat nelayan di Jepang, misalnya.

Saya melihat, mereka khawatir karena takut ikan hasil tangkapan mereka nggak bisa masuk ke China. Ini masalah jualan.

Dalam situasi ini, otoritas setempat tentu harus rajin mengawasi. Harus ada pemantauan berkala, mengenai dampaknya. Harus dipastikan, kadar tritium tidak melebihi batas aman.

Pembuangan limbah Fukushima hingga tuntas, memakan waktu 30 tahun. Lama ya?

Iya. Makanya, otoritas setempat dan komunitas internasional harus terus memonitor proses pelepasan limbah Fukushima. Bukan hanya teknis pembuangannya, tetapi juga dampak terhadap produk yang dikonsumsi.

Yang paling penting, bagaimana kita yakin, proses yang panjang itu dapat selalu diawasi.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.