Dark/Light Mode

Perdebatan Nusantara

Minggu, 23 Januari 2022 07:02 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

 Sebelumnya 
Kalau politisi bisa membungkus sikapnya dengan ngopi bersama atau diplomasi ikan bakar atau soto ayam, atau apalah. Rakyat tidak semudah itu.

Amerika Serikat saja, yang dikenal demokratis dan lebih maju, sekarang sangat kewalahan menghadapi polarisasi antara pendukung Trump dan Biden. Antara Demokrat dan Republik.

Baca juga : Kaderisasi Korupsi

Kevin B Smith, ketua Departemen Ilmu Politik di Universitas Nebraska, Lincoln, AS, dalam penelitian terbarunya menunjukkan temuan mencengangkan.

Antara 2017 sampai 2020, tulis Smith, sekitar 40 persen orang dewasa Amerika mengidentifikasi bahwa politik menjadi sumber stres kronis yang signifikan dalam hidup mereka.

Baca juga : Ironi Anak Muda

“Mereka tidak bisa menghindarinya, sehingga menuntut biaya kesehatan yang signifikan bagi sejumlah besar orang dewasa Amerika,” tulis Smith dalam laporan berjudul “Politics is making us sick: The negative impact of political engagement on public health during the Trump administration”.

“Pemilu 2020 tidak banyak mengurangi efek itu dan kemungkinan besar memperburuknya,” tegasnya.

Baca juga : Dua Kisah 15 Januari

Kita berharap, fenomena “politik membawa penyakit”, secara pribadi atau sebagai bangsa, tidak terjadi di Indonesia. Walau, kita juga melihat bahwa untuk istilah Nusantara saja, bisa sedemikian ributnya.

Semoga Nusantara bisa menyatukan. Bukan meretakkan serta memecah belah. Juga tidak teradu domba. (*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.