Dark/Light Mode

Puasa Dan Kesalehan Politik

Minggu, 3 April 2022 06:26 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

 Sebelumnya 
Maka lahirlah “politik aku atau kami”. Bukan “kita”. Kebersamaan seperti menjauh. Kebaikan dan kebenaran diartikan sebagai “kebenaranku dan kebaikan kami” bukan “kebenaran dan kebaikan kita bersama”. Pembenaran dan dalih lalu bergeser menjadi “kebenaran”.

Sikap seperti ini memandang segala sesuatu dari sudut pandang kelompoknya. Menanggapi isu apa pun bukan lagi berdasarkan kebenaran hakiki, melainkan berdasarkan sikap dan kepentingan “kelompok kami”.

Baca juga : "Gorden Pemisah" Seharga 90 Juta

Fanatisme buta lalu berkembang pesat. Fenomena ini bisa kian parah kalau dimanfaatkan untuk kepentingan politik.

Dalam kondisi seperti ini, di bulan suci ini, kesalehan politik menjadi sangat penting.

Baca juga : Kaos Oblong Dan Pencitraan

Kalau menahan makan minum, bisa dilewati; menahan hawa nafsu, mata, jari, lisan, bisa dilalui; menahan hati bisa diatasi, semoga puasa di bulan Ramadan juga bisa menahan hawa nafsu politik. Dalam bentuk apa pun. Iklim politik yang beradab perlu dijaga bersama.

Karena, ketika polarisasi terus menajam, pembenaran menjadi kebenaran, atau etika politik diabaikan, kesalehan politik bisa menjadi panduan. Kesalehan politik atau politik yang beradab bisa menjadi pemandu dan pembimbing bangsa ini.

Baca juga : Berkaca Dari Uang 10 Juta

Selamat menjalankan ibadah puasa. (*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.