Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Kasus Ketua KPK Firli Bahuri menjadi titik nadir paling menyedihkan dalam sejarah pemberantasan korupsi di Indonesia.
Sebenarnya, sebelum terpilih, koalisi masyarakat sipil sudah mengingatkan: hati-hati memilih Firli. Beberapa pelanggaran etik di KPK yang ditudingkan kepada Firli, menjadi penguat warning tersebut.
Baca juga : Pemilu Indonesia Masuk “10 Besar”
Sayangnya, peringatan tersebut seolah tak digubris. Firli lolos. Dia jadi ketua KPK. Dan, sekarang kita tahu bagaimana hasilnya.
Terpilihnya Firli dinilai sebagai “penyempurna” atas kebijakan sebelumnya, yakni revisi UU KPK. UU baru tersebut dinilai melemahkan KPK.
Baca juga : Terjerat Karena Ketiban Sial
Selanjutnya, KPK banyak diguncang kontroversi. Ada Tes Wawasan Kebangsaan yang akhirnya menying kirkan banyak pegawai yang dinilai bisa berkiprah banyak dan bermanfaat untuk KPK.
Beberapa kasus etik lainnya, juga menyertai perjalanan KPK. Seperti pungutan liar (pungli) di Rutan KPK dan beberapa kasus lainnya.
Baca juga : Nyoblos Karena Suka, Atau…
Terakhir, kasus paling sulit diterima: kasus Ketua KPK Firli Bahuri. Dia menjadi tersangka kasus pemerasan terhadap Menteri Pertanian.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.