Dark/Light Mode
- Pertamina Hulu Energi OSES Lepas Liar 6.502 Ekor Tukik Di Pulau Seribu
- Kadin Dorong UMKM Naik Kelas Hingga Mampu Tembus Pasar Global
- Hore, Ada Penambahan Produksi Gas Dari EMP Bentu Dari Proyek BCP Seng
- Kemenkominfo Sampaikan Perkembangan Pembangunan IKN Kepada Masyarakat Manado
- Laba Bersih Tembus 43 Miliar, GMFI Catatkan Kinerja Moncer Di Kuartal l 2024
![BUDI RAHMAN HAKIM BUDI RAHMAN HAKIM](https://rm.id/images/penulis/Budi-Rahman-Hakim.jpg)
RM.id Rakyat Merdeka - Istilah toxic sedang ramai dibicarakan di dunia politik setelah Luhut Binsar Pandjaitan menggunakan kata tersebut saat berpesan ke Prabowo Subianto dalam menyusun kabinet ke depan. Toxic diartikan sebagai racun atau sikap seseorang yang meracuni orang lain, sehingga merusak sebuah kelompok, lingkungan, bahkan organisasi besar. Daya rusaknya sangat besar.
Istilah toxic sudah ramai dipakai pada lima tahun terakhir ini. Di kalangan milenial, ada istilah toxic relationship yang menggambarkan hubungan yang menyebabkan dampak tak sehat baik bagi fisik maupun kondisi mental seseorang.
Baca juga : Perang Spanduk, Emang Efektif?
Dalam manajerial pemerintahan, toxic ini bisa diartikan sebagai sikap yang mengganggu pembangunan negara berjalan baik. Bukan hanya membuat pembangunan tersendat, mungkin juga menyebabkan kemunduran.
Toxic juga bisa diartikan sebagai watak koruptif. Yang memiliki sikap ini biasanya pandai bersandiwara. Di depan umum dia tampil sebagai orang baik, bersih, dan bahkan berkoar-koar ikut memberantas korupsi. Kerja sama juga dia lakukan dengan lembaga penegak hukum. Padahal, itu hanya kamuflase untuk menyembunyikan sikap aslinya.
Baca juga : Kabinet Zaken Vs Kabinet Akomodir
Bahayanya lagi, sikap seperti ini bisa menular ke lingkungan sekitarnya. Jika yang memiliki sikap ini adalah menteri atau kepala badan/lembaga, dia bisa menularkan ke pejabat di bawahnya. Kalaupun tidak tertular, pejabat di bawahnya itu akan dipaksa mengikuti kemauan atasannya itu dengan berbagai ancaman yang diterimanya.
Begitu bahayanya sikap toxic ini. Karena itu, pesan Luhut untuk Prabowo sangat tepat. Pihak Prabowo juga tampaknya menerima saran itu dengan baik. Pihak lain juga setuju dengan pesan Luhut ini.
Baca juga : Jalan Terjal Hak Angket
Masalahnya, melacak sikap toxic ini tidak mudah. Dengan psikotes juga belum tentu terlacak. Yang bisa dilakukan adalah dengan melihat jejak rekam orang tersebut, baik dari sikapnya, pernyataan-pernyataannya, kebijakan, sampai dengan melihat asal-usul hartanya dengan menggunakan metode pembuktian terbalik.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.