Dark/Light Mode

Kebebasan Dibatasi Kebebasan

Jumat, 8 Maret 2019 06:30 WIB
BUDI RAHMAN HAKIM
BUDI RAHMAN HAKIM

RM.id  Rakyat Merdeka - Reformasi yang bergulir sejak 1998 telah mengubah atmosfir ruang-ruang publik. Dari semula kedap kritik apalagi demonstrasi, menjadi ruang raksasa, leluasa, dan bebas berekspresi.

Saking bebasnya terperangkap ke ruang euphoria. Tak heran dalam dinamikanya muncul lagi pasal/peraturan karet untuk membatasi kebebasan agar tidak kebablasan.

Baca juga : Jaga Amal Baik Bukan Nama Baik

Cukup lama bangsa ini merayakan kebebasan bersuara tentang apa saja. Kekuasaan yang semula kebal kritik, telah menjadi sasaran utama dan empuk kritikan bahkan makian. Setiap hari. Dari segenap penjuru.

Namun kekuasaan tak punya kuasa untuk dengan mudah membungkam sampai akhirnya para penikmati kebebasan ini membuat batasan-batasan.

Baca juga : Keluarga Dan Pilihan Politik

Usulan pembatasan itu datang sebagian dari wakil rakyat. Usulan yang sebagian telah membuat kebebasan jadi ribet. Jadi penyesalan. Ada kerinduan kepada suatu masa di saat kebebasan tak sedikit pun ada pembatas.

Di tahun politik, kebebasan itu telah jadi “komoditi politik” para crew kontestan Pilpres. Kritikan lalu dijadikan materi hukum untuk menjeratkan pasal ujaran kebencian.

Baca juga : Gerakan Politik Emak-emak

Pelapor tentu merupakan kacung, pemeran dirty hand Paslon tertentu. Sangat merusak atmosfir kebebasan. Namun kita bisa melihat, yang bersangkutan telah menjadi politisi karbitan, ‘carmuk’ (cari muka) di level paling menjijikkan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.